ALAGAN [41]

19.3K 979 208
                                    

Absen dulu sebelum baca 🔥

Jangan lupa penuhi komen
tiap paragraf 💃

Jangan lupa penuhi komentiap paragraf 💃

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Bagian 41

Sore itu dikala hujan baru saja berhenti, terlihat seorang anak laki-laki tengah duduk di kursi taman dengan memeluk kedua lutut. Tubuhnya telah basah kuyup di tambah noda hitam mengotori pakaiannya.

Jika dibandingkan dengan anak-anak lain yang tampak begitu gembira bermain lumpur, maka anak lelaki tersebut nampak menyendiri seolah di kucilkan.

"Ajak main Agan yuk?"

"Ish! jangan dia kan anak haram."

"Emang kenapa?"

"Kata mamaku enggak boleh temenan sama anak haram, nanti jadi nakal. Lagian juga dia enggak punya Papa kayak kita-kita."

"Mamaknya juga gila ya?"

"Iya, serem kan. Jangan temenin."

Bisik-bisik percakapan anak-anak itu memasuki indera pendengarnya. Membuat tubuh anak lelaki itu bergetar serta ingsak tangis yang mati-matian ia tahan.

Sungguh bukan kemauannya untuk terlahir sebagai anak haram. Namun kenapa dosa yang di buat oleh kedua orang dewasa itu harus dia yang menanggungnya? Seakan-akan dia begitu hina dan tak layak untuk dilahirkan.

Padahal dia tidak tau apa-apa, padahal dia hanya ingin hidup layaknya manusia lainnya.

Apa itu salah?

"Agan bukan anak haram, Agan juga mau punya Ayah," gumamnya lirih seraya memeluk tubuh erat-erat.

Disisi lain seorang pria bertopi yang tengah bertugas menyapu jalanan, mendadak  menghentikan pekerjaannya kala mendengar cibiran demi cibiran yang di tunjukkan pada bocah penyendiri itu. Entah bagaimana hatinya tergugah, ia pun berjalan ke arah bocah itu.

"Mau permen?"

Argan sedikit mengintip dari cela tangan terlipat. Seorang pria dewasa tengah  berjongkok di depannya dengan tangan terulur menyodorkan sebatang permen rasa susu.

"Enggak mau ya? padahal kalo mau Om bakal jadi temen kamu."

Argan yang semulanya hanya diam, kini perlahan-lahan mendongak. "Om beneran mau jadi temen aku?"

Mata bocah itu mengerjap-ngerjap polos, kontak pria itu terkekeh lalu merubah posisinya agar duduk di samping bocah itu.

"Beneran dong, masa boong. Lagian siapa yang enggak mau temanan sama bocah selucu ini," katanya sambil mengelap noda hitam yang menempel di pipi bocah itu.

ALAGAN || Musuh Tapi DatingWhere stories live. Discover now