Satu

1.4K 46 0
                                    

Tulisan ini dipublikasikan juga di medium @yourstory

Selamat membaca ✨

***

Esha mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru restoran. Jantungnya sejak tadi berdetak begitu kencang dan tangannya pun terasa dingin. Ia gugup. Siapa yang tidak gugup ketika akan bertemu orang yang akan menjadi pasangannya dalam satu bulan ini. Pandangan Esha tertuju kepada salah satu sudut ruangan. Dengan langkah perlahan ia mulai mendekati meja tersebut sembari mengatur napasnya sebaik mungkin.

Netra sesosok anak kecil menatapnya penuh minat dengan wajah penasaran yang terlihat begitu jelas. Sedangkan laki-laki lain yang berada di meja tersebut hanya bergeming menatapnya.

"Selamat siang, Mas Nata. Kalian udah lama di sini?" Esha menjulurkan tangannya mengajak Hadinata bersalaman. Esha berjanji jika ia akan memberikan self reward kepada dirinya karena sudah berakting dengan sangat baik.

"Belum lama, silakan duduk Esha." Hadinata berdiri dari kursinya membantu menarik kursi di hadapannya untuk Esha duduki.

"Hallo, kamu pasti Ezio, ya? Kenalin nama aku Esha." Zio tersentak ketika Esha menatapnya sembari mengulurkan tangannya tanda perkenalan diri.

Dengan sedikit ragu Zio mengulurkan tangannya. "Aku Ezio." Senyum Esha semakin tidak bisa ditahan ketika mendengar suara Zio. Menurutnya Zio sangatlah menggemaskan dan ia juga berterima kasih kepada Hadinata karena telah memberinya beberapa informasi mengenai Zio.

Seorang pramusaji menginterupsi dengan kedatangannya bersamaan dengan beberapa makanan. Esha menatap piring steak yang diletakkan di depannya. Sebelumnya Hadinata sempat menanyakan makanan apa yang ingin Esha pesan agar bisa ia pesan secara bersamaan.

"Terima kasih, Mba." Suara Hadinata mengalihkan fokus Esha dari steak yang terlihat begitu menggiurkan. Dengan senyuman ia juga ikut mengucapkan terima kasih kepada pramusaji.

Esha menggerakan kakinya ke kanan dan kiri. Gugup sekali rasanya dan saat ini ia merasa kebingungan harus melakukan apa. Kaki Esha yang terus bergerak tidak sengaja mengenai kaki Hadinata. Segala sumpah serapah sudah Esha ucapkan di dalam hatinya ketika Hadinata menatapnya dengan menaikkan sebelah alisanya.

Tersenyum sungkan Esha menggelengkan kepalanya dan mengucapkan permintaan maaf tanpa suara. "Makan Esha," ucap Hadinata.

"Kak Esha suka makan daging?" tanya Zio yang cukup membuat Esha terkejut. Ia pikir Zio tidak akan membuka pembicaraan terlebih dahulu.

Belum sempat Esha menjawab suara lain sudah terlebih dulu terdengar. "Kak Esha? Kenapa Zio gak panggil Tante Esha?"

"Gak mau. Kak Esha gak keliatan kaya tante-tante temen Papa." Hadinata mengembuskan napasnya

"Zio bebas mau panggil apa aja kok." Esha angkat bicara ketika melihat Hadinata akan kembali berbicara.

"Tuh, Kak Esha gapapa kok kalau dipanggil Kak Esha." Zio menatap Hadinata dengan wajah penuh kemenangan.

"Panggil Tante Esha aja," ujar Hadinata.

"Enggak. Zio gak suka panggilan itu."

"Ezio."

"Papa."

Dengan kerutan dikeningnya Esha menatap kedua laki-laki berbeda usia di hadapannya yang saling berdebat. Ia merasa sangat aneh melihat perilaku keduanya. Apa ayah dan anak laki-laki sering memperdebatkan hal yang tidak penting seperti ini?

***

The Right Woman On The Right Place [END]Where stories live. Discover now