Lima

374 27 0
                                    

Tulisan ini dipublikasikan juga di medium @yourstory

Selamat membaca ✨

***

Hadinata memandangi Zio dan Esha yang asik bermain berdua. Terlihat sangat dekat. Pasti tidak akan ada yang menyadari bahwa keduanya baru bertemu dua hari yang lalu. Apa Esha sangat ramah sehingga Zio dengan mudah menerima kehadirannya? Sepertinya bukan itu alasannya karena beberapa orang yang dikenalkan kepada Zio sebelumnya juga tak kalah ramah. Selama ini Zio selalu bertanya perihal mamanya karena memang ia tidak banyak terlibat dengan sosok yang seharusnya dipanggil dengan sebutan itu.

"Papa, Zio udah selesai main," panggil Zio meyadarkan Hadinata yang sejak tadi berfokus pada pikirannya.

Esha mengerutkan keningnya hendak bertanya, tetapi terlalu takut karena melihat wajah Hadinata yang sedikit muram. Apa mereka terlalu lama bermain hingga Hadinata bosan? Namun, sebelumnya Hadinata terlihat baik-baik saja dan ikut bermain bersama. Hanya di permainan terakhir Hadinata tidak bergabung dan memilih untuk menunggunya dan Zio.

"Zio mau makan dulu? Atau ada tempat yang mau dikunjungi lagi?" tanya Hadinata.

"Zio masih kenyang Papa tadi kan makan kentang pas di jalan. Katanya kita mau belanja kan?"

Hadinata membenarkan topi yang digunakan Zio. "Iya mau ke supermarket di bawah."

"Kamu gimana Esha. Ada tempat yang mau dikunjungi?" Esha mengerjap ketika Hadinata beralih menatapnya.

Sebenarnya sejak tadi ada satu hal yang ingin dia lakukan. "Boleh snapshot gak?" Esha menunjuk photobox yang cukup ramai antrian oleh pasangan-pasangan muda.

Secara kontan Hadinata dan Zio mengikuti pandangan Esha. Wajah semangat Zio begitu terlihat, sedangkan Hadinata terlihat kebingungan. "Itu photobox kan? Banyak pasangan muda gitu. Kamu mau foto di sana?"

Esha mengangguk dengan senyum lebarnya. "Mau, seru banget kan foto bareng di sana."

"Yaudah, sana foto saya tunggu di sini." Hadinata membiarkan keduanya untuk berfoto bersama.

"Loh, Mas gak ikut? Beneran gak mau ikut snapshot?"

"Enggak. Kamu dan Zio aja." Esha mengedikan kedua bahunya, terserah jika Hadinata tidak mau diajak berfoto yang terpenting ia dan Zio.

Baru berjalan beberapa langkah Esha kembali berhenti dengan Zio yang berada di genggamannya. "Kenapa, Mas?"

"Setelah saya pikir, lebih baik saya ikut berfoto daripada harus menunggu kalian di sini sendirian," ucap Hadinata begitu tiba di hadapan Esha. Dalam hati ia mencibir, ingin meledek Hadinata secara langsung, tetapi takut gajinya yang menjadi korban. Siapa yang mau dipotong gaji?

"Yaudah, ayo Mas."

Mereka berjalan beriringan menuju tempat berfoto ikut mengantri bersama beberapa pasangan muda yang ada di sana. Tiba saat gilirannya Esha masuk terlebih dahulu. "Kita foto dua kali ya, nanti hasilnya satu buat Kak Esha satunya buat Zio."

Sedikit memajukkan tubuhnya Esha mulai memilih filter dan mengatur entah apa yang tidak dimengerti oleh Hadinata hingga muncul hitungan di layar tanda foto dimulai.

Esha tersenyum lebar ke arah kamera begitu juga dengan Zio sedangkan Hadinata hanya memasang wajah datar. "Mas senyum kek," sunggut Esha begitu melihat hasil foto.

Hadinata hanya meliriknya sekilas kemudian merangkul Esha dan Zio yang berada di tengah-tengah mereka. Zio membuat tanda peace ke arah kamera dan Esha dengan wajah kagetnya. "Tuh muka kamu sekarang yang aneh."

***

The Right Woman On The Right Place [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang