6. Kedatangan Om Kesayangan

3.8K 360 33
                                    

Ayu menatap nanar deretan lauk yang terhidang di atas meja.

Sejak sore tadi perempuan itu memang sengaja memasak banyak makanan kesukaan sang suami, berharap Bian menyukainya dan memberikan sedikit pujian. Namun harapan tinggalah harapan saat bunyi ponsel menggema memecah kesunyian, mengabarkan bahwa seseorang yang ditunggu-tunggu kepulangannya meminta izin untuk tidak tidur di rumah karena alasan pekerjaan.

Ayu awalnya merasa kecewa namun akhirnya mencoba biasa saja saat teringat bagaimana kebiasaan suaminya akhir-akhir ini.

"Suamimu nggak pulang lagi Yu?"

Ayu menoleh cepat dan mendapati sang mertua yang kini berdiri disebelahnya dengan wajah bangun tidur.

Perempuan paruh baya itu menatap nanar sang menantu yang terlihat pasrah membereskan piring-piring bekas wadah lauk yang sore tadi menantunya masak.

"Lembur ma, kemungkinan sebelum Subuh baru pulang. Mama kenapa kebangun?"

"Mama mau ambil minum sekalian ke kamar mandi."

Ayu tak lagi bertanya saat sang mama berlalu mengambil segelas air putih. Perempuan itu sibuk dengan kegiatannya sendiri, mengabaikan nyeri yang tiba-tiba datang menyayat hati.

"Yu?"

Ayu duduk disebelah sang mama setelah menyelesaikan pekerjaannya. Perempuan itu mengangguk menjawab panggilan Diana, menatap perempuan paruh baya itu dengan kening berkerut tipis.

"Mama besok pulang ke Malang, kemungkinan nginap disana satu minggu. Kamu sama Ila gak apa-apa kan di rumah sendiri?"

"Kenapa mendadak ma? Apa ada sesuatu yang urgent?"

"Nggak ada apa-apa. Mama cuma mau nengok rumah yang di sana, sekalian mau reunian."

Ayu tertawa kecil mendengar kata terakhir sang mama. Jangan salah karena mertuanya adalah wanita sosialita yang suka sekali menghabiskan waktu bersama teman-temannya.

Kata reuni mungkin tidak cocok karena hampir setiap minggu mertuanya selalu menyisikan waktu untuk berkumpul, mengalahkan dirinya yang jarang menghabiskan waktu di luar.

"Suamimu jangan kamu izinin lembur terus, mama suka kasihan sama kamu yang udah capek masak tapi gak dimakan."

"Mas Bian selalu kasih kabar mendadak ma jadi Ayu terlanjur masak banyak. Tapi gak apa-apa, lauknya masih bisa diangetin kok buat sarapan besok."

"Yu, mama kenal kamu lho. Jangan mencoba menyembunyikan apapun."

Ayu mendesah lelah. Ada kegetiran dari nada suara sang mama.

Mengarungi bahtera rumah tangga lebih dari enam tahun bersama Bian membuat sang mertua tahu betul bagaimana perasaannya tanpa ia harus bercerita.

Mertuanya memang perhatian padanya, tidak pernah berubah sejak pertemuan pertama mereka. Satu hal yang sangat ia syukuri.

"Mama minta maaf kalau Bian banyak nyakitin kamu akhir-akhir ini. Bukannya mama mau ikut campir urusan rumah tangga kalian, tapi mama takut kamu akan kecewa kalau terus-terusan diam begini. Kamu boleh minta Bian buat menyelesaikan pekerjaan di rumah, memaksa dia buat menghabiskan akhir pekan bersama anak kalian. Mama sedih setiap kali lihat Ila nangis karena rindu sama papanya."

"Nanti akan Ayu bicarakan sama suami Ayu ma. Mama jangan mikirin itu, Ayu sama Ila gak apa-apa kok."

"Mama gak salah pilih menantu. Mama malu Yu tapi mama bahagia punya anak sebaik kamu. Tetep jadi anak dan istri yang seperti ini ya sayang, mama yakin Bian bakal kembali seperti dulu dan banyak menghabiskan waktu di rumah."

Pernikahan yang Ternoda (PDF/KARYA KARSA/DREAME)Where stories live. Discover now