7. Cinta Dari Om

2.8K 283 13
                                    

Ayu tersenyum manis mengamati Varo dan putrinya yang tengah bercanda di ruang tengah.

Ila tertawa keras mendapat gelitikan dari sang om, suaranya terdengar khas membuat Ayu yang diam-diam memperhatikan sejak tadi mengulum senyum simpul.

Pemandangan ini sudah cukup lama tak dilihatnya dan benar ia sangat merindukannya.

Cukup lama Ayu berdiri di sebrang pintu, setia menatap sepasang om dan keponakan itu dengan kedua mata mengembun karena rasa haru.

Mila tahu Varo sangat menyayangi putrinya. Laki-laki itu tidak pernah absen menanyakan kabar juga menanyakan perkembangan Ila semasa merantau di kota orang. Tak pernah lupa juga membawakan gadis kecil itu oleh-oleh saat pulang ke rumah.

"Mama kenapa berdiri disana?"

Suara merdu Ila membuat Ayu mengerjapkan mata beberapa kali. Perempuan itu dengan cepat menggeleng kecil sebelum mendekati sang putri dengan seulas senyum tipis.

"Lihat Ila sama Om bercanda. Apa tidak boleh?"

"Kenapa gak bergabung aja. Ila lebih seneng kalau mama ada dan kita bisa main sama-sama."

"Mama takut ganggu."

"No no no, mama."

Kali ini Ila berdiri dan berjalan mendekati sang bunda. Gadis kecil itu lalu mengalungkan kedua tangannya pada leher Ayu, bergelayut manja seperti biasa.

"Ila seneng Om pulang?"

Ayu mengajukan pertanyaan setelah sang putri puas mencium kedua pipinya. Gadis kecil itu mengangguk-anggukkan kepala antusias tak lupa memberikan lirikan menggoda pada sang Om yang sejak tadi memilih diam melihat interaksi ibu dan anak di depannya.

"Seneng banget. Ila jadi punya temen main. Om juga sayang Ila, buktinya selalu bawa banyak mainan yang Ila minta. Gak kayak ayah, jarang bikin Ila seneng."

Ayu dan Varo kompak mengehembuskan nafas berat. Keduanya paham apa yang tengah dirasakan Ila. Dan memilih diam untuk menanggapi kekecewaan Ila tidak menjadi jalan yang baik untuk memberikan pengertian pada gadis kecil itu.

"Ayah sibuk kerja sayang. Dan ingat kan apa kata mama?"

Ayu mencubit kecil hidung bangir sang putri, menaikkan kedua alis bertanya dengan binar mata yang turut meredep namun berusaha disembunyikan tak ingin sampai sang putri melihat perubahannya.

"Ila ingat tapi sekarang gak mau percaya lagi."

"Kenapa begitu?"

Kali ini suara Varo menggema membuat Ila yang sejak tadi terfokus pada sang bunda dengan cepat menoleh ke arah laki-laki itu.

Ila melompat turun dari pangkuan sang bunda dan kini berganti duduk di paha Varo.

"Ayah suka berjanji tapi tidak mau menepati. Ila capek tau om dibohongi terus."

"Orang dewasa memiliki urusan yang lebih banyak dari pada anak kecil. Jadi Ila harus tahu kalau ayah tidak menepati janji berarti memang ayah sedang banyak pekerjaan. Coba tanya mama apakah yang om katakan benar?"

Ila tak mengeluarkan suara namun dengan cepat gadis kecil itu menoleh menatap sang bunda menanti jawaban. Ayu sendiri segera mengangguk membenarkan perkataan Varo.

"Ila paham om. Maafin Ila ya."

Varo tersenyum dengan anggukan pelan. Laki-laki itu membawa Ila ke dalam pelukan, meresapi tenang setiap kali berada dalam situasi seperti ini.

Ini bukan kali pertama ia mendengar aduan Ila seperti ini. Ia kerap bahkan sering mendengarnya dari sang keponakan.

Ia mengetahui kesibukan kakaknya, juga mungkin alasan laki-laki itu tidak bisa menepati segala janji pada putrinya.

Pernikahan yang Ternoda (PDF/KARYA KARSA/DREAME)Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz