24. Tamu

4.8K 400 34
                                    

Usia kehamilan Ayu sudah memasuki trisemester kedua tepatnya pada usia kandungan enam bulan.

Kondisinya sangat baik, ia bahkan tak mengalami morning sicknes seperti saat dulu mengandung Ila hanya saja terkadang meninginkan sesuatu yang tak kenal waktu.

Jika dulu ada Bian yang menuruti segalanya, kini peran itu diambil alih oleh Sinta. Perempuan itu yang membantunya karena Sinta lah yang menawarkan diri padanya walaupun terkadang merasa tak enak karena merasa terlalu banyak merepotkan.

Seperti malam ini. Jam sudah menunjuk pukul sepuluh malam, keadaan tengah hujan deras namun Ayu menginginkan bakso Malang yang hanya bisa di dapatkan di sekitar pasar gede Jogja.

Ayu sudah mencoba menahannya namun bayangan kuah panas dengan sambal pedas membuat dirinya kesulitan untuk mengendalikan keinginan.

"Sin?"

Cicitan rendah itu membuat Sinta meletakkan kaca mata bacanya. Perempuan itu menoleh untuk menatap Ayu yang malah meringis kecil.

"Kenapa Yu? Perut lo sakit lagi?"

Sinta sudah panik. Menyangka perut sahabatnya kembali sakit seperti kemarin-kemarin namun saat gelengen Ayu ia dapatkan, Sinta akhirnya bisa bernafas lega. Ketakutannya tidak nyata.

"Kenapa? Lo lagi pengen sesuatu?"

"Gue, lagi pengen bakso malang tapi keadaan di luar lagi hujan."

Sinta kebingungan. Dia bisa saja menerobos hujan namun mobilnya sedang dibawa kekasihnya begitu juga mobil Ayu yang sedang menginap di bengkel untuk perbaikan.

"Gak ada mobil di rumah Yu. Beli agak nanti gak apa-apa kan? Kalau pesan online pasti juga susah cari driver saat hujan deras begini."

Ayu mengangguk mengerti. Ia tak boleh kecewa dan terus merepotkan sahabatnya bukan? Ia hanya perlu bersabar karena saat hujan reda nanti keinginanya pasti terpenuhi.

Sudah dua puluh lima menit berlalu. Sinta pun sudah kembali ke kamar untuk menyelesaikan pekerjaan.

Di ruang tamu hanya ia yang tetap bertahan. Hujan belum juga menunjukkan tanda-tanda akan reda namun keinginannya tak juga surut sampai sekarang.

Ayu saling meremas kedua tangan dengan gusar. Tak sadar air mata mengalir menuruni pipi mulusnya begitu saja.

Keadaan ini membuatnya terluka. Ia cengeng? Biar saja karena semenjak hamil ia memang berubah menjadi perasa.

"Maafkan mama sayang karena masih dalam kandungan pun kamu sudah mengalami kesulitan seperti ini."

Ayu semakin tergugu. Jika biasanya ia akan berusaha menutupi namun tidak untuk malam ini. Ia lelah dan ingin meluapkan kesesakan yang sudah lama ditahannya.

Tangan Ayu terulur untuk mengelus perut bulatnya. Perempuan itu menyeka sudut mata lalu terkekeh kecil menertawakan nasib yang kini harus dijalaninya.

Ia tak memiliki suami dan kini tengah hamil besar lalu bagaimana jika anaknya lahir nanti. Apakah putranya bisa menerima keadaan keluarga mereka? Atau apakah putranya akan seperti Ila yang kerap menanyakan dimana keberadaan ayahnya yang selalu berhasil membuat sedih dan terluka.

Badan yang lelah ditambah fikiran yang sudah berkelana kemana-mana membuat Ayu akhirnya memutuskan untuk merebahkan tubuh.

Perempuan itu memejamkan mata diatas sofa. Melupakan keinginanya dan berharap bangun esok hari keadaan baik akan menghampirinya.

*****

Ini adalah hari Minggu dan Ila mengatakan pada sang mama akan menghabiskan banyak waktu di rumah dan keluar hanya sebentar.

Pernikahan yang Ternoda (PDF/KARYA KARSA/DREAME)Where stories live. Discover now