16. Menguntit Yang Berakhir Menyakitkan

4.5K 373 36
                                    

Tidak ada rumah tangga yang sempurna. Perselisihan, berbeda pendapat sudah lumrah dalam keluarga. Ayu bisa memaafkan keduanya namun tidak untuk perselingkuhan dan pengkhianatan.

Ayu tidak bisa. Perempuan itu memilih hidup sendiri daripada bersama namun tersakiti. Baginya kesetiaan dan kejujuran adalah yang utama. Ia tak akan peduli tentang masa lalu buruk orang yang dicintainya, apapun yang telah terjadi ia pasti bisa menerima.

Siang ini Ayu memasuki taksi yang tadi dipesan memalui aplikasi online. Ia memang berencana untuk berbelanja bulanan sekaligus mencari barang yang putrinya inginkan.

Namun mood yang berubah begitu cepat membuat Ayu mengurungkan niat berbelanja. Perempuan itu akhirnya memilih membelokkan tujuan ke kantor suaminya. Sudah cukup lama Ayu tidak datang setelah tiga bulan lebih lamanya.

Ditengah perjalanan ia berniat mengirim pesan pada Bian namun urung dilakukan karena ingin memberikan kejutan pada suaminya.

Ia menyimpan benda pipih itu ke dalam tas dan memilih menikmati perjalanan dalam diam.

Tiba di depan gedung kantor sang suami Ayu meminta sopir berhenti saat mobil yang ia yakini milik Bian berlalu keluar gerbang kantor.

Ayu meminta sopir mengikuti dari belakang.

Berbagai spekulasi memenuhi kepala. Ayu tidak tahu kemana sang suami pergi di siang hari begini saat seharusnya laki-laki itu sibuk di kantor sesuai dengan ucapannya di telfon pagi tadi.

Ayu mengernyit heran saat mobil sang suami berhenti di sebuah rumah cukup mewah bercat putih.

Perempuan itu masih bertahan di dalam mobil dan tak berselang lama seorang perempuan cantik memasuki mobil suaminya.

Ayu merogoh ponsel. Mengambil beberapa foto yang ia yakini akan menjadi bukti keresahannya selama ini.

Ayu tak banyak bereaksi namun perempuan itu tetap mengikuti Bian dan perempuan tadi dari belakang.

Mobil berhenti di sebuah rumah sakit ternama. Ayu ikut keluar saat Bian dan perempuan tadi sudah berjalan meninggalkan parkiran.

Ayu mengikuti dari belakang dengan langkah hati-hati dan terkejut saat keduanya memasuki ruang Obgyn.

Ia akhirnya memutuskan untuk bertahan di tempat. Masker yang dikenakannya sedikit membantu penyamarannya kali ini dari orang-orang yang mungkin saja di kenalnya di rumah sakit ini.

Setelah cukup lama Bian keluar dari ruang dokter dengan merangkul pinggang wanita tadi, Ayu merasa bahwa kedekatan keduanya tidak mungkin hanya sekedar teman biasa.

Saat kemarahan sudah mencapai ubun-ubun Ayu tetap bertahan dalam diam, tidak mungkin melabrak keduanya dan meminta Bian menjelaskan semuanya.

Ayu menahan nafas saat Bian berjalan melewati dirinya. Samar ia mendengar percakapan mereka.

"Dia sehat mas. Dan semoga terus sehat sampai aku melahirkan nanti."

"Jaga kesehatan dan minum vitaminnya."

Bagai ditimpa batu besar Ayu memegang dadanya yang tiba-tiba berdenyut sakit. Kini ia bisa menyimpulkan semuanya.

Ia bukan orang bodoh yang tidak tahu apa-apa saat sebuah fakta berhasil menghancurkannya dengan telak.

Dan wanita tadi, kini ia mengingatnya. Wanita yang beberapa hari lalu datang ke toko nya, membeli beberapa brownies dan cake yang suaminya suka.

Ini bukan sebuah kebetulan. Ada keyakinan kuat dalam dirinya bahwa dugaannya tidak mungkin meleset.

Ayu berjalan tertatih saat berhasil menenangkan diri.

Perempuan itu berhenti sebentar. Berjongkok saat rasa pening dan sesak tiba-tiba datang membuat dirinya kesulitan mengatur nafas.

Ayu sudah akan menangis namun mati-matian menahan air mata karena tak ingin orang-orang memperhatikannya.

Perempuan itu akhirnya mencapai tempat parkir. Ayu memasuki taksi dan meminta sopir melajukan kendaraan karena ia ingin cepat sampai rumah.

Dalam perjalanan Ayu tak lagi bisa menahan tangis. Perempuan itu tergugu, menangisi diri sendiri dan sama sekali tidak peduli bahwa ada orang lain yang kini tengah memperhatikannya dengan kebingungan.

Ayu memasuki rumah dengan langkah tergesa. Perempuan itu berlari, mendobrak pintu keras dan melempar diri ke atas ranjang.

Katakan ia kekanakan namun sungguh rasa sakit yang ia rasakan sekarang tidak mampu lagi ditahan.

Ayu ingin meluapkan semua. Kesesakkan ini harus ia buang segera.

Ia tak bisa berfikir jernih namun tak ingin meratapi mimpi buruk yang kini dialaminya.

Ia sudah menduga hal ini mungkin saja terjadi namun sungguh Ayu tidak akan pernah siap menjalaninya.

Pengkhianatan adalah hal yang paling ia benci. Perselingkuhan adalah kesalahan yang paling Ayu hindari. Namun ternyata sekuat apapun ia berusaha menghindari keduanya ia tidak pernah bisa mendapatkan balasan serupa.

Suaminya justru berkhianat. Laki-laki itu berselingkuh bahkan sebantar lagi akan memiliki anak dari perempuan lain.

Tak ingin terpuruk, Ayu dengan cepat merogoh ponsel dari dalam tas.

Perempuan itu menghubungi Sinta, meminta sahabatnya untuk mencari tahu tentang seseorang yang baru saja ia kirimkan fotonya.

Foto yang ia ambil tadi nyatanya benar-benar membantu dirinya.

Ayu tersenyum miring saat sebuah biodata yang diingankannya dengan cepat ia terima.

Perempuan itu masih terisak namun ada kelegaan setelah sebuah rencana kini tersusun rapi dalam kepalannya.

Sungguh, ia tidak akan tinggal diam setelah ini.

*****

Rere tersenyum senang. Perempuan itu masih memegang hasil USG bayinya, memamerkan pada Bian yang hanya membalas dengan senyum seadanya.

Reaksi laki-laki itu tampak biasa saja, sama seperti saat mereka memeriksa kandungannya di rumah sakit tadi. Dan jujur membuatnya kecewa.

Rere merengut kesal, berdecak keras membuat Bian yang sejak tadi diam, menunduk menatap istrinya.

Laki-laki itu mendesah lelah. Menyabarkan hati sekali lagi saat dirinya sendiri sudah dilanda rasa jengkel menghadapi sifat kekanakan sang istri.

"Tidur Re. Mas harus kembali ke kantor. Banyak kerjaan yang harus diselesaikan."

"Aku nggak ngantuk. Dan mas jangan kemana-mana. Aku mau mas di sini lebih lama."

Bian menahan kesal. Laki-laki itu melepaskan paksa belitan tangan Rere pada lengannya namun gagal.

"Aku tidak bisa seenaknya. Banyak pekerjaan penting yang harus aku selesaikan."

Sebutan aku yang baru saja suaminya layangkan membuat Rere berang. Alasan laki-laki itu juga berhasil membuat dirinya kesal.

"Apa pekerjaanmu itu lebih penting dari aku dan anak kita. Aku hanya meminta sedikit waktumu mas, apa kamu keberatan!"

"Kamu bukan anak kecil yang semua kemauannya harus dituruti Re. Beberapa hari ini aku lebih banyak menghabiskan waktu sama kamu jadi kali ini tolong kamu mengerti kesibukanku."

Rere tak menjawab. Namun jelas kekesalan tergambar dari ekspresi perempuan itu.

"Terserah apa katamu. Tapi jangan harap aku menuruti semua maumu, yang artinya --,"

Bian menggeram marah. Laki-laki itu tahu kelanjutan ucapan sang istri dan akhirnya memilih pasrah. Ia memilih bertahan untuk menemani keinginan istrinya dan mengabaikan pekerjaannya.

Ia memang bodoh karena tak memiliki daya menghadapi Rere. Namun percayalah semua yang dilakukannya demi kebaikan bersama.

Kebaikan yang nyatanya justru menghancurkan rumah tangganya.

Jeng jeng jeng. Sesuai keinginan, part yang ditunggu². Tapi masih ada kelanjutannya.

Jadi ditunggu aja.

Jangan lupa tinggalkan komentar dan ketuk tanda bintang untuk bab selanjutnya. Selamat membaca dan selamat malam.

Pernikahan yang Ternoda (PDF/KARYA KARSA/DREAME)Where stories live. Discover now