8. Protes kecil Aycel

2.7K 250 43
                                    

Perasaan yang dimilikinya tidak salah. Cinta untuk kedua istrinya suci dan bukan suatu keanehan jika ia menginginkan mereka berdua dalam hidupnya.

Ia mencintai Ayu walaupun tak bisa menampik bahwa di hatinya juga terdapat nama lain yang bertahta lebih lama.

Rere adalah cinta pertamanya. Perempuan sederhana dengan segala keanggunan dan kepatuhannya. Menjalani masa remaja dan tumbuh bersama membuatnya tak bisa berpaling begitu saja.

Mereka telah melewati banyak hal bersama-sama, membangun cita-cita juga mempersiapkan masa depan untuk berdua.

Namun siapa sangka perjalanan cinta keduanya tidak semulus yang dibayangkan. Penolakan, cemoohan dan hal-hal menyakitkan lainnya sudah mereka lalui bersama.

Kini Bian tersenyum kecil setelah mengulas balik kisah hidupnya. Tak menyangkan bahwa sejak pernikahannya dengan Rere kehidupannya juga turut membaik.

"Mas, apa gak capek dari tadi senyum-senyum sendiri?"

Bian menoleh cepat, mendapati sang istri yang kini berjalan anggun semakin mendekat. Terlalu asyik melamun membuat laki-laki itu tak menyadari kehadiran perempuan itu.

"Kamu bahagia?"

Bukannya menjawab, laki-laki itu malah mengajukan pertanyaan. Menatap kedua mata Rere dengan tatapan lembut seperti biasa.

"Bahagia, dengan?"

Rere menyandarkan kepala pada lengan suaminya. Memejamkan kedua mata sejenak setelah melewati hari yang panjang.

Ia paling suka menghabiskan waktu malam dengan perbincangan seperti ini. Membunuh malam dengan laki-laki yang paling berpengaruh dalam hidupnya.

"Pernikahan kita."

Bian merasakan Rere mengangguk.

Laki-laki itu lantas membalik tubuh sang istri untuk menghadapnya.

Tangannya yang bebas bergerak mengelus lembut pipi perempuan itu dan menghantarkan gelenyar aneh yang selalu berhasil membuat dadanya berdebar kencang. Hal yang hanya bisa ia rasakan saat bersama Rere.

"Sangat. Walaupun aku tidak bisa memiliki mas seutuhnya tapi aku bahagia dengan keadaan kita yang seperti ini."

Ini hal yang paling Bian suka dari Rere. Perempuan itu selalu berusaha untuk mengerti keadannya, tidak banyak menuntut dan merengek karena waktunya terbagi. Sesuatu yang sudah pasti akan sangat sulit diterima perempuan lain.

"Maaf belum bisa membahagiakan kamu dan putri kita sepenuhnya tapi mas berjanji akan adil dan sering pulang ke rumah kita."

Rere tertawa kecil. Tak ada yang salah dengan ucapan suaminya namun ia juga tak bisa percaya sepenuhnya.

"Mas ada istri dan anak lain. Dan aku sangsi bakal bisa adil, karena dulu, mas lebih banyak menghabiskan waktu dengan mereka."

"Adil. Terbukti beberapa bulan ini mas banyak menghabiskan waktu libur disini kan, bahkan bela-belain curi-curi waktu kebersamaan mas dengan Ila untuk diberi ke kamu dan Aycel."

"Apa untuk kedepannya gak bakalan capek dengan keadaan kita yang seperti ini, aku hanya takut mas bakal lelah dan akhirnya memilih menyerah."

"Lantas?"

"Mas pasti akan memilih Ayu dan anak kalian dibanding aku dan Aycel. Bukankah begitu?"

"Kamu terlalu jahat jika berfikiran seperti itu."

Bian menyentil kecil kening sang istri. Mengabaikan cubitan yang kini diterimanya sebagai balasan.

"Sikap manusia berubah-ubah dan kita tidak bisa memastikan apakah mereka benar-benar bisa menepati janjinya. Dan sekarang aku hanya bisa membentengi diri untuk tidak memberikan kepercayaanku sepenuhnya karena kedepannya apapun bisa terjadi, termasuk ucapan  dan perubahan mas yang harus siap aku terima."

Pernikahan yang Ternoda (PDF/KARYA KARSA/DREAME)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang