14. Dua istri sama-sama terluka

5.7K 352 40
                                    

Ayu melepaskan tangan sang suami yang membelit perutnya begitu erat.

Perempuan itu duduk di tepian ranjang, menunduk untuk menatap Bian sebentar yang masih terlelap damai dalam tidur.

Setelah berhasil mengumpulkan nyawa, Ayu beranjak hati-hati dari atas ranjang karena tak mau mengusik lelap sang suami.

Perempuan itu berjalan menuruni anak tangga. Perut yang lapar membuat Ayu memutuskan untuk membuat mie instan. Entah kenapa beberapa hari terakhir Ayu sering merasakan lapar di tengah malam, suatu kebiasaan yang baru-baru ini perempuan itu rasakan ditengah nafsu makan yang menurun.

Semangkuk mie beserta telur setengah matang dan berbagai toping tambahan sudah tersaji di atas meja. Ayu menatap puas hasil masakan simpelnya malam ini.

Bau harum yang menguar memenuhi dapur membuat perempuan cantik itu meneguk ludah tak sabar.

Tak menunggu waktu lama semangkuk mie, komplit dengan berbagai toping berhasil tandas dalam sekejap.

Ayu mengelus perut senang. Bibir perempuan itu menyunginggkan senyum tipis saat keinginan malamnya terpenuhi.

"Dek?"

Suara serak khas bangun tidur sang suami membuat Ayu menoleh ke sumber suara.

Perempuan itu tak menyahut namun kedua alisnya menukik merespon pangilan suaminya.

"Kamu habis makan?"

"Iya. Kenapa?"

"Gak. Cuma aneh aja. Kemaren kan kamu bilang lagi program diet tapi ini malem-malem malah makan"

Ayu mengedikkan bahu acuh. Menatap suaminya itu lamat-lamat sebelum menatap ke arah lain.

"Sudah selesai kan? Kalau begitu ayo tidur lagi. Besok weekend, kita ajak Ila jalan-jalan mumpung libur."

Ayu akhirnya menurut saat dirinya dituntun sang suami kembali ke kamar mereka.

Perempuan itu merebahkan tubuh di atas ranjang, disusul Bian yang baru keluar dari kamar mandi.

"Lekas merem. Besok kita liburan sekalian belanja. Kamu sama Ila bebas mau beli apa aja."

Ayu lagi-lagi tak menyahut. Perempuan itu hanya diam saat Bian kembali membawa dirinya dalam pelukan hangat laki-laki itu.

Mendengar janji yang baru saja terucap membuat perempuan itu merasa janggal tak yakin.

Dan benar saja karena pagi hari saat mereka sudah selesai bersiap, Bian mendadak membatalkam rencana mereka.

Laki-laki itu memberikan alasan yang sulit Ayu terima.

"Kamu lagi-lagi mengecewakan Ila mas. Bisa gak saat dengan keluarga, kamu singkirkan dulu masalah kerjaan? Aku capek kalau suruh ngertiin kamu terus-terusan."

Ayu melempar tubuh pada sandaran sofa. Perempuan itu memijit pelipis yang tiba-tiba pening karena mendengar tangisan sang putri yang baru saja mama mertuanya bawa keluar rumah.

Tentu. Ila sudah pasti menangis dan mengamuk karena sang ayah lagi-lagi mengacaukan liburan mereka.

"Kalau memang dari awal gak bisa ya gak usah kasih janji segala. Apa kamu gak mikir perasaan anak kita."

Ayu menghindar saat tangan Bian berusaha menyentuh bahunya lembut. Tak terasa perempuan itu terisak lirih. Ia membenci dirinya yang harus cengeng seperti ini.

Namun percayalah. Saat ini ia menangisi nasib sang putri.

Membayangkan betapa bahagia dan semangatnya Ila saat ia mengatakan akan berlibur bersama musnah dalam sekejap saat sang suami membatalkan semuanya.

Pernikahan yang Ternoda (PDF/KARYA KARSA/DREAME)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang