23. Sedih dan Bahagia

5.4K 335 12
                                    

Ayu sudah menyampaikan pada Ila jika saat ini tengah berkembang janin dalam rahimnya. Kabar bahagia itu tentu disambut Ila dengan binar bahagia luar biasa.

Gadis kecil itu bahkan sampai menangis dan terus meyakinkan sang mama bahwa yang baru saja didengar adalah nyata.

"Ssst, bahagia kok malah nangis."

Ila masih sesengukan dalam pelukan mamanya. Gadis kecil itu semakin merapatkan tubuh mereka, tak bisa menjawab ungkapan sang mama.

"Mau mama ambilkan minum?"

Ila menggeleng cepat. Gadis kecil itu akhirnya mau melepaskan pelukan. Kepalamya mendongak, menatap sang mama dengan mata berkaca-kaca.

"Jangan. Ila bisa ambil sendiri, nanti mama malah capek."

Ayu tekekeh kecil. Tangan perempuan itu terulur untuk mengelus surai putrinya dengan sayang.

"Kalau cuma ambil minum di dapur, mama gak akan capek kak. Sebentar ya."

Ila menggeleng keras. Putri cantik milik Ayu itu bangkit lebih dulu dengan bibir merengut lucu yang ditampilkan.

"Ila ambil sendiri aja karena udah besar. Mama tetep disini. Mama mau Ila kupasin buah?"

Ayu tampak menimang. Karena tak mau mengecewakan semangat empat lima sang putri, Ayu akhirnya mengangguk mengiyakan.

"Boleh. Ambil stroberi yang di piring ya kak. Tadi pagi udah mama cuci jadi tinggal dibawa kesini aja."

Ila mengacungkan dua jempol setuju. Setelah mengecup kedua pipi mamanya, gadis kecil itu berlalu dengan kikikan lucu yang masih bisa Ayu dengar.

"Lagi bahagia banget kayaknya."

Sinta datang dengan setoples keripik singkong pedas dalam pelukannya. Perempuan itu menatap sang sahabat heran karena sejak mengamati tadi, Ayu belum juga menghilangkan senyuman di bibir tipisnya.

"Ila bahagia, gue tentu ikut bahagia dong."

"Oh, karena kehamilan lo?"

"Yup. Padahal awalnya gue sempet khawatir. Ila emang pengen adik tapi diposisi kita yang sekarang, gue kira Ila bakal sulit biat terima tapi nyatanya nggak. Dia malah bahagia banget."

"Pastilah. Dari dulu yang ngerengek minta adik kan dia. Pastilah ponakan gue bahagia."

Ayu mengangguk-angguk setuju.

Keduanya lalu terdiam, sibuk dengan kegiatan masing-masing.

Sinta yang baru saja menandaskan segelas es jeruk buatannya menatap Ayu dengan raut sedihnya yang dengan cepat mampu berganti dengan ekspresi biasa.

"Yu, lo gak mikirin sesuatu."

Ayu menoleh, perempuan yang tengah hamil muda itu menatap sahabatnya dengan kening berkerut dalam. Belum menemukan kemana arah pembicaraan Sinta bermuara.

"Mikirin sesuatu? Maksudnya?"

Sinta lebih dulu berdehem. Perempuan itu menatap sahabatnya dengan raut yang berganti serius.

"Anak yang lo kandung. Lo yakin mau besarin dia sendiri."

"Tentu."

Jawaban mantap itu membuat Sinta tertegun. Perempuan cantik itu meneguk ludah kasar menatap sahabatnya dengan ekspresi tak percaya.

"Ini ––, maksud gue, ini gak bakal mudah Yu. Apa lo yakin mampu?"

Ayu menghembuskan nafas berat. Perempuan itu tak lagi menampilkan ekspresi kuatnya melainkan raut lelah yang tak bisa ditutupi.

Pernikahan yang Ternoda (PDF/KARYA KARSA/DREAME)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang