11. Perubahan Itu Mulai Tampak

3.3K 294 50
                                    

Hari ini terhitung satu minggu setelah Rere menyampaikan berita kehamilan pada sang suami. Sejak satu minggu itu pula perempuan itu dirundung resah karena perubahan sikap Bian yang tak biasa.

Jika biasanya Bian akan cerewet dan terus menghubunginya setiap hari, maka setelah keberangkatan laki-laki itu ke Jakarta Bian tak juga menelfon atau sekedar mengirim pesan padanya. Bian mengingkari janji akan menghubungi lebih dulu setiba laki-laki itu tiba di Jakarta.

Keadaan ini tentu membuatnya sedih dan kecewa. Perubahan tak biasa ini membuat Rere takut kehilangan sang suami.

Rere mengangkat tangan, meletakkannya diatas perut dan mengelusnya perlahan.

Kehamilan ini jelas berbeda dari saat ia mengandung Aycel dulu. Berita yang seharusnya mereka sambut dengan suka cita ini nyatanya membawa duka untuk sang suami tercinta.

"Bunda."

Aycel mendekati sang bunda dan duduk di samping perempuan itu dengan wajah sedih.

Sudah satu minggu ini gadis kecil itu menyadari perubahan sang bunda karena Rere lebih banyak menghabiskan waktu untuk sendiri dibanding menemaninya bermain seperti biasa.

"Bunda lagi sedih? Ada apa?"

Rere mengulas senyum walaupun dengan terpaksa. Tidak ingin membuat putrinya turut bersedih walaupun pada kenyataannya Aycel sudah menyadari perbedaan dirinya.

"Bunda cuma capek. Kakak mau sesuatu?"

Aycel terdiam sesaat mendengar tanya sang bunda. Sebutan baru untuknya yang baru saja sang bunda katakan membuat dirinya bingung dan menerka.

"Kakak? Bunda panggil Aycel kakak? Kenapa bun?"

Rere mulai memberikan perhatian penuh pada sang putri. Mendengar tanya Aycel yang dibaluti antusias dan rasa penasaran membuat hatinya mengembang. Ia mulai menerka bahwa kali ini ada seseorang, anaknya yang menerima kehamilannya.

"Kak, bunda boleh ngomong sesuatu?"

Anggukan antusias dengan senyuman terkembang sempurna itu membuat dada Rere sesak karena rasa bahagia.

"Aycel akan punya adik. Apa Aycel suka?"

Tak membutuhkan waktu lama Aycel langsung berseru girang dan melompat-lompat bahagia. Putrinya menerima keberadaan adiknya. Dan reaksi sederhana putrinya ini sudah cukup membuat rasa tenang melingkupinya.

"Laki-laki apa perempuan bunda? Kok perut bunda enggak besar?"

"Bunda belum periksa ke dokter. Apa kakak mau temani bunda ke dokter Farras nanti sore?"

"Mauuu, Aycel mau banget bunda."

"Aycel pengennya adik cewek apa cowok?"

"Aycel mau dua duanya tapi kalau satu juga gak apa-apa. Cewek atau cowok Aycel tetep suka bunda."

"Bunda seneng dengernya."

Selanjutnya Aycel memberikan pelukan tulus pada sang bunda. Memberikan ciuman berkali-kali di perut rata perempuan itu diselingi tawa renyah yang memanjakan telinga.

"Tetap terima adikmu sayang walaupun ayah belum bisa melakukannya."

Ucapan itu hanya bisa Rere ungkapkan di dalam hati. Setidaknya ada satu orang yang akan menyambut kelahiran anaknya di dunia.

*****

"Mas, belum tidur?"

Ayu duduk dipangkuan sang suami. Mengalungkan dua tangannya di leher laki-laki itu dan menyandarkan kepala pada dada bidang Bian dengan manja.

Pernikahan yang Ternoda (PDF/KARYA KARSA/DREAME)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang