XVI. Si Pemberani

96 21 17
                                    

"Kamu semestinya selesaikan permasalahan dengan pacarmu sampai tuntas. Jangan begini, dong. Kamunya nggak tahu di mana, dia malah nyari aku dan ngadu-ngadu," cerocos Fara di telepon untuk memberitahu Zay perihal Berlian yang menungguinya.

"Mana aku tahu dia bakal datangin kamu. Kamu pikir aku cenayang? Ngapain juga kamu ladenin dia? Dia juga masih bernyali aja ternyata," balas Zay tidak kalah kesalnya dengan Fara.

Zay benar-benar tidak tahu bahwa mantan kekasihnya itu akan bertindak demikian setelah putus darinya. Zay pikir, jika kontaknya sudah diblokir, maka ia akan berhenti karena sadar diri Zay sudah lelah dengannya. Nyatanya tidak demikian.

Zay mengingat kembali alasan yang digunakannya saat memutuskan hubungan dengan Berlian sebenarnya sangat menyakiti hati. Bagaimana bisa perempuan itu masih bersikeras ingin kembali padanya?

"Aku udah bosan dengan kamu. Hubungan kita gitu-gitu aja. Nggak ada sensasinya sama sekali," ucap Zay kala itu. Dimana ia sengaja minta Berlian bertemu hanya untuk mengucapkan kalimat putus secara tatap muka.

"Aku pikir hubungan kita baik-baik aja. Kita selalu happy. Nggak ada permasalahan serius yang membuat kita harus pisah," tanggap Berlian tidak mengerti dengan alasan Zay.

"Nah, itu. Masalah kita adalah nggak adanya permasalahan. Coba kamu perhatikan hubungan orang lain, ada aja masalah yang bisa menguatkan mereka untuk bertahan. Kita? Nggak ada hal seperti itu. Nggak ada sesuatu yang berkesan untuk diperjuangkan."

Bagi perempuan yang selalu mengidamkan kebahagiaan dengan pasangannya, tentu hal itu bukanlah masalah. Itu malah menjadi poin plus dalam hubungan yang dirajutnya karena berhasil membangun hubungan tanpa masalah. Lantas, kenapa lelaki bernama lengkap Zay Aarush menggunakan alasan tersebut untuk berpisah? Sangat tidak masuk akal. Apa jika hubungan mereka diterpa masalah Zay akan berjuang untuk tetap berada di sisi Berlian? Dan masalah seperti apa yang diinginkan Zay dalam hubungan mereka?

Berlian tidak bisa mempertahankan hubungannya karena Zay bersikeras ingin berpisah dengan dalih bosan. Berlian pun bersikeras akan terus mengejar Zay karena ia yakin, ada alasan lain di balik itu semua.

"Di kantor itu kerja, bukan melamun." Sebuah suara dari arah pintu pantry menyadarkan Zay. Ketukan dari heels yang dikenakan pun terdengar dengan jelas.

Zay melayangkan cengir andalannya, dan mengelak, "Bukan melamunkan hal penting."

Ratu yang datang ke pantry untuk menyeduh teh, mulai mencari tahu perihal tujuan Zay. "Kamu kerja di sini benar-benar ingin menjadi seperti Bu Krystal yang pekerja keras? Atau ada niatan lain?"

Zay yang mendengar pertanyaan mengejutkan itu terpelongo sebentar. "Tujuan seseorang bekerja tentunya untuk uang, kan? Terkait untuk menjadi seperti Bu Krystal itu cuma pedoman aja. Biar nggak malas. Makin rajin aku bekerja, makin banyak uang kudapat. Bukan begitu?"

Ratu terkekeh dengan pendapat Zay. "Kita bekerja di perusahaan yang menerapkan gaji tetap. Nggak ada yang akan bertambah gajinya hanya karena bekerja ekstra dari pagi sampai malam. Kamu nggak lihat beberapa karyawan pulang tepat waktu walau pekerjaan mereka belum selesai? Mereka sadar, seperti apa pun mereka banting tulang untuk bekerja, gaji mereka nggak akan naik. Mending dilanjut besok hari, daripada dipaksa hari ini dan bikin lelah."

"Aku perhatikan di tim kita nggak begitu," sahut Zay polos.

"Karena ada Pak Giyan di sana. Beliau selalu ingin menunjukkan bahwa tim yang dipimpinnya adalah yang terbaik. Kita akan bekerja dengan ekstra dan melakukan yang terbaik untuk perusahaan ini."

Zay manggut-manggut. Inikah yang dinamakan menjilat pasangan sendiri? Mungkin saja isu yang berseliweran di luar sana benar. Bahwa Giyan ingin naik jabatan agar tidak selalu dibanding-bandingkan dengan kekasihnya yang berkedudukan sebagai CEO.

Zay mencemooh pemikiran tersebut. Benar-benar payah. Alangkah baiknya jika Giyan memikirkan anggota timnya juga dibanding hanya memikirkan dirinya sendiri.

Melihat Krystal berjalan di luar pantry, Zay segera berlari kecil meninggalkan Ratu yang belum selesai dengan teh nya.

Pemandangan tersebut membuat Ratu berbicara pada diri sendiri, "Sepertinya Pak Giyan menangkap hal ini dan cemburu. Benar-benar anak baru yang pemberani."

Artificial LoveWhere stories live. Discover now