2.2 Bella The Doll

18 7 2
                                    

Dari semalam aku tidur hingga saat ini aku menonton televisi di sofa yang empuk, bayangan boneka perempuan menyeramkan itu selalu berputar di kepalaku. Bagaimana tidak? Saat jam tiga subuh tadi pagi aku melihat boneka milik Ibu yang bernama Amelia duduk bersandar di pintu. Niatku yang ingin buang air kecil seketika hilang karena melihat manik matanya yang besar melotot tepat setelah aku menyalakan lampu ruang tamu. Aku langsung berlari dan kehabisan napas.

Itu adalah kejadian kedua kalinya.

Sudah dua jam lebih aku menunggu Ibu. Pagi-pagi sekali Ibu pergi sebelum aku bangun. Mungkin Ibu sedang membeli boneka baru. Ayah pun juga sudah pergi bekerja. Aku sengaja memasang suara televisi dengan kencang supaya terkesan aku tidak sendirian di sini. Aku menyembunyikan diriku di balik selimut dan selalu waspada akan boneka-boneka Ibu yang siapa tahu tiba-tiba berpindah tempat. Karena itu aku tidak bersembunyi di kamar, melainkan aku duduk di ruang tamu agar aku bisa dengan mudah untuk kabur jika hal itu terjadi.

“Ibu pulang!”

Aku menghembuskan napas lega.

“Tebak apa yang Ibu bawakan untukmu?” Ibu nampak girang sekali. Ia memegang sesuatu di belakang punggungnya. Aku hanya bisa tersenyum tipis karena sudah tahu itu pasti boneka anak perempuan lagi.

Aku terkejut setelah sedetik Ibu memperlihatkan boneka itu. Aku bisa bilang bahwa boneka ini lebih manis dari boneka yang dulu selalu Ibu berikan kepadaku. Boneka itu tidak mempunyai mata melotot yang menyeramkan, bulu mata tebal, dan rona merah muda yang mencolok di pipinya. Bahkan boneka itu memakai baju merah muda, rok putih, topi merah muda, dan rambut hitamnya di kepang dua. Boneka itu terbuat dari kain yang berisi busa di dalamnya, tidak keras dan tidak menyeramkan seperti boneka Ibu yang lain.

“Namanya Bella. Ibu mau kamu menyimpannya,” jelas Ibu, ia menyerahkan boneka itu kepadaku.

Mungkin Ibu sudah menyadari bahwa aku sendiri takut melihat boneka-bonekanya itu. Mungkin karena itu Ibu membelikanku jenis boneka yang lain agar aku dapat menyimpannya tanpa perlu takut. Aku jadi merasa tidak enak jika seperti ini caranya. Demi melihat Ibu tersenyum, aku pun menganggukkan kepala.

“Baiklah, Ibu. Aku akan menyimpannya di kamarku.”

Ibu tersenyum dan mengusap pucuk kepala ku.

***

Mataku terbuka perlahan-lahan karena terbit rasa ingin buang air kecil lagi. Aku melirik jam yang hanya diterangi oleh lampu tidur. Jam tiga pagi. Mengapa aku selalu ingin buang air kecil di jam tiga pagi? Padahal aku masih mengantuk ingin melanjutkan tidur.

Tunggu. Kenapa aku tidak bisa bergerak? Tangan dan kakiku terasa kaku seperti…

Akh!! Aku terikat!

Bagaimana bisa?! Kesadaranku langsung pulih sepenuhnya. Aku mencoba melepaskan diri dari ikatan kencang ini. Kedua tanganku dan kakiku terikat di pagar kasur depan-belakang. Aku tak bisa bergerak. Tapi siapa yang melakukan ini semua?

“Bella senang berkenalan dengan Kleo!”

Sebuah suara bocah perempuan menyedot seluruh atensi ku. Aku menoleh ke arah lemari dimana aku menaruh boneka yang tadi baru Ibu berikan kepadaku. Dia… bisa bicara?!

Matanya yang terbuat dari jahitan benang hitam dan putih bergerak melihatku. Rasa takut dan cemas menyelimuti seluruh badanku.

“Sekarang waktunya Bella dan Ibu bermain!” Boneka itu bersuara lagi.

Aku sangat berharap bahwa aku salah dengar, tapi boneka itu benar-benar berbicara sambil menatapku dalam posisi duduknya. Mulutnya bergerak seolah manusia bicara pada umumnya.

“Apa.. maksudmu?” Suaraku bergetar.

“Bella senang bertemu Kleo, adik Bella.”

Apa dia bilang? Apakah ia melantur?

“Tapi Kleo harus pergi dari sini. Kleo telah mengambil kehidupan yang seharusnya Bella jalani.”

“Tunggu dulu.. Bisakah kau menceritakannya perlahan? Aku tidak…”

“Sekarang saatnya waktu Kleo untuk pergi. Bella akan bertemu Kleo jika Bella mati lagi. Sampai jumpa di keabadian.”

Setelah berkata seperti itu, aku bisa melihat satu tangannya mengepal. Ia tidak dijahit dengan membentuk lima jari, tapi kepalan tangan nya membuat leherku sakit sekali. Ia menatapku dengan senyum polos sembari melihatku tersiksa karena cekikan tak terlihatnya itu.

The Untold Secretober (End✅)Where stories live. Discover now