11.1 The Fourth Floor

3 1 0
                                    

Menyapu memang paling pas dilakukan saat murid-murid sedang belajar di dalam kelas. Aku tidak terganggu oleh mereka yang bolak-balik pergi ke kantin dan menginjak kotoran yang sudah kusapu. Begitu juga dengan mengepel. Tapi aku paling tidak suka jika mengepel saat turun hujan. Mereka yang habis bermain hujan-hujanan akan berlarian di sepanjang koridor dan membuat lantai kotor dengan pijakan tanah dari kaki mereka. Seharian penuh pun tidak cukup untuk membersihkan semuanya.

Crek … crek … Aku seperti mendengar suara di atas sana.

Aku mendongak ke lantai atas dari bawah tangga. Itu adalah lantai empat gedung SMP ini. Aku ingin mengecek keadaan di atas sana, tapi ragu karena lantai itu jarang dikunjungi orang lain. Membersihkan lantai itu pun biasanya dilakukan seminggu sekali dengan semua OB pada saat hari cerah. Maksudnya agar tidak terjadi sesuatu yang tidak diinginkan.

Hari ini pun cerah, matahari menunjukkan dirinya sepenuhnya. Beberapa detik kemudian suara itu kembali terdengar. Aku harus memastikannya dan naik ke atas. Aku mengambil kunci dari kantong dan membuka gerbang besi pembatas lantai tiga dan lantai empat. Aku menghela napas lega karena keadaan lantai empat terang sepenuhnya.

Mataku memperhatikan kardus yang tergeletak di dekat gerbang besi. Saat ku tengok, ternyata seekor hamster putih sedang mencoba keluar dari kardus itu. Hamster putih ini memiliki ukuran sedang tapi kurus, matanya merah, dan hidungnya selalu bergerak saat bernapas.

Kenapa bisa ada hamster di sini? Sebaiknya hamster ini diapakan?

Ah! Lebih baik kuberikan saja pada anakku. Semoga hamster ini bisa menjadi teman baru yang baik.

Tlangg!! Pintu gerbang besi antara lantai tiga dan lantai empat tiba-tiba tertutup karena angin kencang. Begitu teringat lantai yang kupijak adalah lantai empat, aku buru-buru turun dan melanjutkan menyapu lantai koridor tiga. Karena tidak ada wadah, untuk sementara aku menaruh hamster ini di kantong bajuku. Setelah selesai menyapu, aku berniat pergi ke pantry untuk makan siang. Tapi hamster di tanganku tiba-tiba mencicit.

Oh, ya, aku baru terpikir. Sepertinya hamster ini lapar karena ia terlihat kurus dari ukuran hamster normal. Bulunya pun tidak terlalu lebat. Segera aku ke dapur dan meminta biji kuaci. Dengan lahap hamster putih ini menaruh biji kuaci di kedua pipinya dan itu membuatnya terlihat imut.

The Untold Secretober (End✅)Where stories live. Discover now