8.2 The Broken Heart Chocolate

5 2 2
                                    

Aku langsung berlari menghampiri Carlos dan memeluknya. Aku membenamkan kepalaku di bahunya yang bidang.

“Kamu sudah sembuh?” aku bertanya heboh.

“Sudah baikan,” balasnya sambil tersenyum manis.

“Aku merindukanmu, tahu! Kenapa kamu lama sekali di rumah sakit? Aku kesepian, tidak ada yang menemaniku jajan roti krim stroberi.” Mendengar itu Carlos tertawa.

“Ada-ada saja kamu sayang,” balasnya dengan mencubit pipiku. Aku ikut tertawa.

“Oh ya, tadi aku bertemu seseorang, dia bilang dia temanmu. Tapi aku lupa menanyakan namanya. Dia menyuruhku untuk memberikanmu ini,” ucapku sambil menyerahkan bungkusan  coklat hati itu.

“Benarkah? Bagaimana ciri-cirinya?”

“Tinggi, berpakaian serba hitam, memakai banyak anting dan cincin, tapi wajahnya kusam dan kelihatan seperti kurang tidur.”

“Ah, dia. Aku bertemu dengannya kemarin. Penampilannya memang menakutkan, tapi sebenarnya dia orang yang baik,” aku manggut-manggut mendengar penjelasan Carlos, “tapi coklat apa ini?” lanjutnya dengan bertanya.

“Katanya itu adalah obat untukmu. Aku juga disuruh memakannya supaya kamu sembuh,” jelasku.

Setelah itu, aku pun memotek coklat hati itu menjadi dua bagian. Aku dan Carlos memasukan potongan coklat ke dalam mulut bersamaan. Rasanya agak pahit dan asam. Tapi beberapa menit kemudian, pandanganku mulai memudar. Perutku terasa sakit dan terbit rasa ingin muntah. Sepersekian detik kemudian, yang kulihat hanyalah kegelapan.

***

“Berta, bangun sayang.”

Aku membuka mata mendengar suara Carlos. Cahaya yang begitu menyilaukan masuk ke dalam mataku. Berapa lama aku pingsan? Dimana aku? Semuanya tampak asing. Aku hanya bisa melihat langit dan gumpalan awan putih dari ujung ke ujung. Aku berusaha bangun dengan bantuan Carlos. Tanganku meraba pasir putih halus saat aku berusaha untuk berdiri.

“Selamat datang.” Suara itu mengagetkanku.

Saat aku berbalik, berdiri orang yang memberikanku coklat hati itu kemarin. Namun penampilannya kini jauh berbeda. Ia mengenakan jubah hitam dengan kerudung dan ternyata terbentang sayap hitam besar di belakang punggungnya. Ia juga menggenggam sebuah tongkat yang terlihat seperti kapak berbentuk bulan sabit.

Jangan-jangan …

“Selamat datang, teman. Kini kau sudah sembuh sepenuhnya. Seperti permintaanmu kemarin, aku juga membawa kekasihmu. Sekarang kalian berdua akan terus bersama selamanya.” Setelah berkata seperti itu, wujudnya langsung menghilang seperti asap.

“Sayang … Apakah orang itu benar temanmu? Mengapa ia terlihat seperti malaikat ma—”

“Berta, sebenarnya kemarin ia datang untuk menjemputku. Tapi aku tidak tahan jika kamu tidak ada di sampingku. Aku ingin kamu ada di sini, bersamaku, menemaniku.”

“Carlos, kenapa kamu melakukan ini? Aku—” Bulir air mata berjatuhan dari sudut mataku.

“Karena aku sangat mencintaimu. Aku tahu betul selama ini kamu kesepian dan keluargamu meninggalkanmu sendirian. Aku tidak ingin berpisah darimu, dan aku ingin maut menyatukan kita.”

Aku menenggelamkan diri dalam pelukannya. Kedua tangannya memelukku sangat erat, begitu pula aku. Air mataku bercampur menjadi satu dengan air matanya.

Carlos, aku sangat mencintaimu lebih daripada apapun.

The Untold Secretober (End✅)Where stories live. Discover now