7.2 Archer The Loyal Cat

8 3 0
                                    

“Selena, ikut kami bermain, yuk!” Aku langsung mendongak mendengar ajakan itu.

“Benarkah?!” Freya, Vio, Shella, dan Emma mengangguk serempak.

“Kita bermain petak umpet. Kau yang jaga, kami bersembunyi. Setuju?”

“Setuju!”

Untuk pertama kalinya aku menggunakan jam istirahat untuk bermain dengan orang lain. Langsung saja aku berdiri di salah satu tiang di gedung sekolah belakang dan mulai menghitung dari satu sampai dua puluh.

"Siap atau tidak, aku akan mencari kalian!"

Aku pun mencari keberadaan mereka berempat di ruangan kelas yang sudah tak terpakai. Memang agak menakutkan saat aku masuk ke dalamnya. Kotor, meja kursi berserakan, tirai kelas yang robek, dan menggantung sarang lebah dan laba-laba di langit-langit kelas. Tapi sepertinya mereka tidak ada di sini.

“Freya! Vio! Emma! Shella! Dimana sih kalian?” Aku meneriakkan nama mereka. Kutengok kolong meja guru dan kolong meja murid satu persatu.

Cekrek! Pintu kelas tiba-tiba tertutup dan terdengar suara tawa yang menjauh.

Sial! Aku terkunci! Aku berusaha membuka pintu dengan kedua tangan namun gagal. Aku baru ingat biasanya kelas ini memang selalu tertutup. Sebelum menjebakku mereka pasti meminta kunci kelas ini kepada pak satpam dengan alasan bohong.

“Pak satpam! Tolong saya pak!!” Aku berteriak memanggil siapapun dari dalam kelas. Tidak ada yang menjawab.

Aku meneteskan air mata. Mungkin takdir memang menggariskan hidupku tanpa seorang teman. Aku memang tidak pantas berada di satu deret bangku yang sama dengan mereka berempat yang putih, cantik, dan mempesona. Orang kulit gelap sepertiku selalu dijauhi oleh orang lain.

Aku tidak percaya dengan perkataan Ibu yang selalu menyebutku spesial dengan kulit ini. Apanya yang spesial?! Aku selalu dijauhi, dipalak, dikerjai, dan diejek. Aku selalu diacuhkan setiap orang lain terpaksa harus mengerjakan tugas kelompok denganku. Dengan begini aku menjadi tahu bahwa takdir memang tidak pernah mengasihani orang kulit gelap sepertiku.

Miaw…” Kepalaku otomatis menengok ke arah belakang saat mendengar suara itu.

Itu Mio. Kucing yang kemarin ku pungut. Kuberi ia nama Mio karena ia adalah kucing jantan. Tapi bagaimana ia bisa ada di sini?! Pintu terkunci, dan tidak ada jendela yang terbuka.

Saat aku ingin mengelusnya, ia menjauh dan berjalan mundur. Tiba-tiba muncul kepulan asap putih yang entah berasal dari mana mengelilingi Mio. Aku berjalan mundur dan menggedor-gedor pintu lagi. Sepertinya sesuatu yang buruk akan terjadi.

“Halo, Selena.”

Demi apapun aku kaget bukan main saat mendengar suara bass dari dalam asap putih itu. Setelah kepulan asap itu menghilang, berdiri seorang laki-laki tinggi semampai dengan pakaian putih Mesir kuno. Ia memiliki rambut panjang putih dengan corak hitam di beberapa helai rambutnya. Ia tersenyum kepadaku.

“Tolong jangan apa-apakan saya … Saya terjebak di sini dan tidak bisa keluar saya mohon—”

“Selena.” Ia menyebut namaku lagi dan menyuruhku berhenti membungkuk kepadanya.

“Jangan takut. Aku adalah kucing yang kau beri nama Mio.”

Kata-kata nya barusan langsung membuat mulutku menganga lebar.

“Sebenarnya namaku bukan Mio. Perkenalkan, namaku Archer, jelmaan kucing dari Kerajaan Mesir Kuno.” Ucapannya malah semakin membuatku bingung. Tapi jika dilihat lagi, ia memang benar kucing yang kemarin ku pungut karena warna matanya sama persis, emas dan merah.

“Sungguh?! Jelmaan kucing?” Aku bertanya sekali lagi dengan norak. Laki-laki itu hanya menganggukkan kepala.

“Tapi kenapa kau bisa berbicara dengan bahasaku? Dan apakah artinya kau berasal dari masa lalu?”

“Karena aku memang terlahir pintar dan benar, aku datang dari masa lalu.” Mendengar jawabannya membuatku semakin gagal paham akan kondisi ini.

“Kalau begitu, maafkan aku telah memungutmu sembarangan.”

“Tidak apa-apa, itu bukan salahmu. Karena aku memang memilihmu.”

Tunggu, apa dia bilang tadi?

“Aku tahu apa yang kau pikirkan. Kau benci dengan kulit gelap mu dan tidak ada yang mau berteman denganmu. Karena dari itu aku memilihmu. Kau tahu, kucing memiliki sembilan nyawa. Aku membawa tugas suci dari kerajaan untuk menyerahkan nyawaku pada manusia yang tertindas dan terbelakang agar mereka bisa hidup dengan nyawa baru sesuai keinginan mereka.” Tatapan matanya mengisyaratkan bahwa ia  serius dengan kata-katanya.

“Maukah kau hidup dengan nyawa baru?”

Aku terdiam sejenak memikirkan kata-katanya. Hidup baru dengan kulit putih seperti orang lain? Itu artinya aku akan punya banyak teman dan hidupku pasti lebih bahagia. Aku bisa merancang kehidupanku yang baru dan tidak akan ada lagi yang mengejekku.

“Aku mau.”

“Baiklah. Tapi dengan satu resiko yang harus kau hadapi. Kau akan menjadi piatu di kehidupan barumu nanti.”

Piatu? Tidak masalah. Akan kulakukan apapun agar aku bisa mendapatkan teman, kebahagiaan, dan kedamaian.

“Tidak apa-apa. Asal aku bisa mendapatkan banyak teman dan kehidupan yang kuinginkan.”

The Untold Secretober (End✅)Where stories live. Discover now