5.2 The Calvin Boutique

7 3 0
                                    

Perkataan Helen tadi terus terngiang di kepalaku sampai hari sudah mulai gelap. Tanda tutup sudah terpasang di depan pintu butik. Namun Helen, Sofia, dan karyawan lain sudah pulang mendahuluiku. Sialnya hari ini adalah jadwalku untuk mengecek seluruh stok baju di gudang. Untungnya bos belum kembali sedari tadi ia pergi saat siang.

“Tuxedo lengkap… jas coklat sudah… dan jas hitam juga sudah. Oke, semua barang sudah dicek dan sekarang aku harus cepat pergi dari sini,” monolog ku.

Tepat saat aku berjalan mendekati pintu, Boss Charles membuka pintu dan langsung melihat ke arah kakiku. Ia tersenyum sambil memperbaiki susunan rambut model undercut nya.

“Karena kamu masih di sini, ikut saya ke ruangan sebentar.”

Aku benar-benar tidak siap menghadapi kenyataan buruk ini.

“Duduk.” Aku mengikuti perintahnya untuk duduk di hadapannya.

Aku memutar pandangan memperhatikan ruangan Boss Charles. Semuanya serba hitam dan emas. Bahkan terdapat sofa dan meja di tengah ruangan. Mungkin itu untuk keperluannya saat menerima tamu.

“Mengapa kau memakai slippers?” Pertanyaannya langsung membuat lidahku kelu untuk menjawab.

“Ka.. karena butik sudah tutup dan saya juga bersiap pulang,” jawabku kaku.

“Kau tahu high heels wajib dipakai selama kau masih berada di butik ini, kan?” Senyum miringnya terangkat.

“Ya, Boss Charles. Saya mohon maaf atas kecerobohan sa—”

“Ssh, ssh, sshh…” ia menaruh jari telunjuk di mulutnya, “tidak perlu minta maaf Laura,” lanjutnya diakhiri dengan tawa.

“Kemarilah.”

“Saya? Kemana?” Aku menjawab dengan kikuk. Kemudian ia menepuk-nepuk sandaran tangan sofa single yang ia duduki.

Mimpi buruk ku baru saja dimulai ternyata. 

Mau tak mau aku berjalan dan duduk di tempat yang ia suruh. Tiba-tiba tangannya menarik pinggangku sehingga otomatis aku menjadi lebih dekat dengannya. Demi apapun sepertinya sebentar lagi aku akan pingsan di sini.

“Walaupun masih anak baru, ternyata kau boleh juga.” Lagi-lagi tangannya bergerak dan mengeratkan pegangannya di pinggangku.

Sial! Apa yang harus kulakukan?! 

Brakk!! Aku tak akan percaya dengan seseorang yang kulihat tiba-tiba mendobrak pintu.

“Akkhhh!!” Laki-laki itu terkejut sampai membuatku terjatuh dari kursinya.

Aku pun langsung menjauh dan mengikuti arah manekin berpakaian dress bunga dan wig coklat pendek yang berjalan ke arah bos. Ya, manekin itulah yang barusan mendobrak pintu ruangan Boss Charles.

“Buah yang jatuh memang tak jauh dari pohonnya. Berapa orang lagi yang akan jadi korbanmu setelah apa yang dilakukan ayahmu terhadapku?!” Manekin putih itu ternyata juga bisa bicara, berteriak bahkan.

“Kau.. Amy?”

“Ya! Aku lah Amy!” Aku sangat kaget bukan main saat melihat manekin itu mencekik Boss Charles.

“Tapi.. Ayahku berkata bahwa kau meninggal karena kau bunuh diri,” jawab Boss Charles dengan patah-patah karena cekikan itu semakin kuat.

“Apa katamu?!! Calvin meracuni ku setelah ia membuat perutku membesar!"

Aku menutup mulut dengan tanganku saat mendengar percakapan mereka berdua.

“Ayahku tidak mungkin berbuat seperti itu!”

“Justru Ayahmu lah yang mengakibatkan penderitaan di butik sialan ini! Ia mengumpulkan banyak uang dengan cara mengurung semua pegawai perempuan!”

Boss Charles mengerang keras sambil berusaha melepaskan tangan manekin itu dari lehernya.

“Kau lebih baik keluar. Biar aku yang mengurus keparat satu ini. Kupastikan aku akan mengakhiri penderitaan kalian disini,” ucap manekin itu sambil menengok ke arahku.

Aku bergidik ngeri saat menatap matanya yang berwarna putih seluruhnya. Wajahnya pun hanyalah bentukan manekin namun mulutnya dapat bergerak seperti manusia berbicara. Aku bisa melihat lekukan alisnya yang menyatu saat mencekik laki-laki itu.

Aku langsung berlari keluar ruangan sesaat sebelum bos berhenti mengerang dari cengkraman Amy di dalam tubuh manekin itu.

The Untold Secretober (End✅)Nơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ