13.1 The Green Dress

2 2 0
                                    

Aku mengejar anak itu sampai kewalahan. Aku tahu ia pasti kabur ke rumah nenek yang terletak di pondok tengah hutan. Kami sekeluarga memang pernah kesana, tapi adikku lebih sering. Sepertinya terakhir aku ke pondok itu sekitar lima bulan yang lalu.

“Stephan!! Kau keterlaluan! Jangan kau kabur lagi ke rumah nenek!”

Sial, aku sudah lupa arah jalan hutan ini. Sepertinya aku tersesat. Aku hanya ingat dinding pondok itu terbuat dari batu bata merah. Ah! Telingaku mendengar suara napas yang memburu dari balik pohon. Juga isak tangis yang berusaha ditahan.

“Stephan!”

“Apa maumu, Amber?! Jangan mengejar aku lagi! Memang lebih baik aku hidup bersama nenek saja!”

Aku menghela napas saat mendengar kebiasaanya yang sudah berubah, sekarang ia mulai berani memanggil namaku langsung. Padahal usiaku terpaut lima tahun lebih tua darinya.

“Anak laki-laki mana yang cengeng seperti itu?! Pulang atau Ibu akan mencarimu semalam—”

“Sudah kubilang Ibu tidak pernah peduli kepadaku! Aku tidak percaya ia akan mencariku. Ibu selalu membela kau! Anak perempuan paling menurut, paling berbakat, yang paling disayanginya!” Aku memutar bola mata dengan malas. Itu memang kenyataannya, dan ia memang adik yang cukup merepotkan. Tapi aku tidak bisa meninggalkannya. Hanya saja aku tidak bisa melawan Ibu. Aku terlalu takut untuk membela adikku di depan Ibu.

“Ibu sebenarnya menyayangimu kalau kau mau berubah!”

“Lihat? Kau sama saja dengannya!” Setelah berkata seperti itu ia tiba-tiba kabur. Ia berlari secepat angin sehingga mataku tidak bisa mengikutinya.

Langkah kakinya terlalu cepat dan aku tidak bisa menyusulnya. Aku kehilangan jejak. Sudah ku kelilingi hutan ini selama seperempat jam, tapi aku tidak menemukan anak itu. Sepertinya aku tersesat. Tapi setelah aku berjalan lurus beberapa meter, aku mendengar suara aliran sungai dari arah timur. Aku pun langsung menuju ke sungai itu, siapa tahu aku bisa menemukan jalan pulang. Toh Stephan juga pasti sudah sampai di rumah nenek. Aku akan menjemputnya besok dan tinggal bilang kepada Ibu.

Saat aku mulai mendekat ke arah sungai, dari kejauhan aku seperti melihat seseorang. Sedang apa Stephan di pinggir sungai? Setelah kudekati, ternyata ia adalah wanita yang sedang mencuci baju. Rambut hitamnya panjang dan tidak terawat, baju hijaunya pun lusuh. Tapi bukannya mencuci baju biasanya dilakukan di siang hari?

Aku berjalan lebih dekat dan hendak bertanya arah jalan keluar dari hutan ini. Namun saat kulihat lebih dekat, sepertinya aku mengenali baju yang sedang dicuci wanita itu. Putih dan ada gambar kucing hitam di depannya. Tunggu. Bukannya sekarang aku sedang memakai baju itu?

The Untold Secretober (End✅)Where stories live. Discover now