Symphyotrichum ericoides

508 126 12
                                    

Setelah berada di Bali, kini Kim bersaudara sedang berada di Semarang. Mereka sampai di Bandar Udara Ahmad Yani Semarang sekitar pukul 08.00 WIB dan langsung menuju ke kediaman sang bibi. Semarang di saat jam kerja tak begitu padat lalu lintasnya sehingga perjalanan mereka cukup lancar.

Sang bibi menyambut mereka dengan antusias. Sudah lama perempuan itu tak bertemu dengan keponakan-keponanakannya, kecuali Na Ra yang lumayan sering datang ke Semarang.

"Ini siapa?" tanya bibi Na Ra ketika melihat Ahn Sun Yeong. Tentu saja perempuan itu merasa asing.

Na Ra melirik ke arah Yoo Joon. Laki-laki itu sempat terdiam sejenak sebelum akhirnya memperkenalkan sebagai calon istrinya. Seketika sang bibi kaget, namun juga senang.

Na Ra hanya mampu tersenyum tipis melihat itu semua. Akhirnya ia bisa menyeret kakak-kakaknya untuk ke makam sang ibunda.

Setelah berbincang-bincang, sang bibi mempersilahkan mereka untuk istirahat. Di rumah tersebut terdapat tiga kamar. Kamar-kamar tersebut sudah dipersiapkan sebelumnya. Sementara itu, Na Ra memilih di dapur untuk membantu sang bibi.

"Bagaimana bisa mereka ke sini?" tanya sang bibi.

"Ceritanya cukup panjang, Bi. Intinya, eonni Sun Yeong hamil dan terjadilah perdebatan di sana. Akhirnya eonni Sun Yeong kabur ke Bali dan berakhirlah seperti ini."

Sempat kaget, namun akhirnya sang bibi mengangguk mengerti. "Lalu aboji kalian?"

"Aku belum tahu. Biarlah itu menjadi urusan Yoo Joon. Lagipula dia bukan pria 20 tahun lagi. Sudah seharusnya dia bertanggung jawab atas perbuatan yang diperbuat."

Tak lama kemudian, suara bel rumah berbunyi. Hendak dibuka oleh Na Ra, namun dicegah oleh sang bibi.

Saat dibuka, sang bibi terperangah sebelum akhirnya memanggil Na Ra dengan tak sabaran. Na Ra yang sudah mengetahui pun berjalan cukup santai untuk menghampiri sang bibi.

"Sae Ri? Bagaimana bisa kamu ke sini?"

Sang bibi seakan tak percaya dengan apa yang dilihat sekarang. Sedikit mustahil jika keponakan satunya ini bisa sampai ke Indonesia tanpa mengabarkan terlebih dahulu.

Sementara sang pelaku hanya tersenyum lebar. "Tentu bisa, Bi. Untungnya ada Ji Hyo yang membantuku untuk lolos dengan baik."

Di belakang Sae Ri, Ji Hyo berdiri dengan senyuman cantiknya. Pandangan Na Ra langsung tertuju pada Ji Hyo yang terlihat lebih cantik daripada ketika mereka melakukan video call.

Sang bibi mempersilahkan mereka masuk. Sementara itu, Na Ra mendekati Ji Hyo dan bertanya perihal perjalanan mereka.

"Kalian tidak ada hambatan 'kan di bandara?" tanya Na Ra. Pasalnya pasti sangat sulit menembus bandara dengan mudah. Sudah banyak orang yang mengenali eonninya itu.

"Tentu susah. Tapi kami menggunakan kamuflase yang baik supaya bisa lolos. Tenang saja, aku bahkan tidak percaya bisa selancar ini. Aku sudah memikirkan hal-hal yang bisa menghambat kami. Tapi ternyata tidak."

Na Ra bernapas lega.

"Bagaimana dengan taksi yang kalian tumpangi?"

"Hei adik kecil. Tentu saja bukan masalah berarti. Sae Ri bisa berbahasa Indonesia dengan baik. Mereka mengira kami turis yang hendak berlibur di sini." Ji Hyo terkekeh singkat.

Kemarin, Sae Ri menghubungi Na Ra jika hendak ke Indonesia. Perempuan itu merasa sangat bersalah apabila tak pergi ke Indonesia. Padahal Na Ra tak begitu masalah. Sae Ri masih sesekali datang walau tak sesering Na Ra untuk ke makam sang ibunda.

Menghitung KarsaWhere stories live. Discover now