Polianthes tuberosa

361 69 8
                                    

Na Ra tak henti-henti tersenyum menatap sekitaran restoran yang berada tak jauh dari apartemennya itu. Malam ini, ia diajak makan malam oleh Janu. Rasanya, ia seperti baru keluar dari pingitan ketika bisa makan di luar seperti ini.

"Jan, makasih banyak, ya," ucap Na Ra pada pria di depannya yang saat ini sedang membaca menu.

"Makasih buat apa?" Janu langsung menatap Na Ra dengan segera.

"Udah diajak ke sini," sahut Na Ra dengan polosnya. Memang ia sudah merasa cukup dengan seperti ini. Selama tiga bulan lebih, hidupnya seperti pingitan yang tak bisa bergerak dengan bebas.

Janu langsung tersenyum mendengar jawaban dari Na Ra. Padahal ia hanya mengajak gadis itu makan malam di salah satu restoran makanan sehat yang cocok dikonsumsi oleh Na Ra. Hal-hal kecil semacam ini ternyata berdampak pada kebahagiaan Na Ra.

Seorang waiter datang dan mencatat semua pesanan Janu dan Na Ra. Waiter tersebut mencatat dengan teliti dan ramah. Setelah itu, mereka diminta menunggu pesanan yang telah dipesan sebelumnya.

"Besok mau kemana lagi?" tawar pria itu karena melihat Na Ra yang begitu excited.

Na Ra tampak berpikir sejenak. "Nanti aja, deh. Kalau di sini approve, boleh ke sini lagi. Tempatnya juga nyaman."

Janu langsung mengangguk. Tak sia-sia ia berselancar di mesin pencarian demi mendapatkan restoran yang sesuai. Na Ra begitu bahagia dengan pilihannya ini.

"Pesan yang banyak dan makanlah sepuasnya," ucap pria kemudian.

"Mana bisa? Nafsu makanku tidak sebaik dulu. Eh tapi berat badanku naik 1 kg, Jan. sebuah kemajuan, 'kan?" Na Ra bercerita dengan mata berbinar. Ia persis seperti anak kecil yang menceritakan prestasi kecilnya pada sang orang tua.

"Bagus. Pertahankan dan makanlah dengan baik. Nanti kita coba menu-menu baru dan enak lainnya," apresiasi Janu dengan senyum yang merekah. Ia bahagia mendengar cerita dari Na Ra. Apalagi yang berhubungan dengan perkembangan kesehatan gadis itu.

"Kemarin aku nemu resep makanan enak di Instagram. Nanti aku mau recook aja dan kamu harus coba," ucap Na Ra dan Janu langsung mengangguk dengan tersenyum. Ia cukup bahagia dengan melihat Na Ra yang meraih kembali semangatnya.

"Apa pun itu bakal aku coba, Ra," sahut pria itu dengan begitu tulus.

"Oh ya, persiapan buat ke USA udah lengkap?" tanya Na Ra kemudian dan Janu langsung terdiam sejenak.

"Beneran nggak apa-apa, Ra?" tanya pria itu masih tak yakin meninggalkan Na Ra, lagi.

Na Ra mengangguk dengan yakin. "Selama ini aku juga sendiri, 'kan? Kalau mau cerita atau apa, tinggal hubungi kamu. Selama masih ada alat komunikasi, nggak ada yang perlu dicemaskan, Jan. Masalah aku berobat dan sebagainya, masih ada Meli, Ha Joon oppa, bahkan bibiku. Jadi kamu bisa fokus pendidikan di sana."

"Langsung hubungi aku kalau ada sesuatu ya, Ra," pesan Janu kemudian dan Na Ra langsung mengangguk.

"Beneran?" Janu seakan belum percaya sebab ia sudah paham dengan watak Na Ra. Walaupun Na Ra sudah diwanti-wanti untuk selalu mengabarkan dan mengatakan iya, namun faktanya gadis itu selalu menyimpan sendiri dan tidak memberikan kabar tersebut. Alhasil Janu sedikit kurang yakin dengan jawaban Na Ra itu.

"Iya Janu. Mulai sekarang aku bakal lapor ke kamu. I swear!"

Namun tiba-tiba alis Na Ra saling bertautan. "Eh tapi kenapa aku harus laporan ke kamu? Kita kan udah nggak paca—" Na Ra menghentikan kalimatnya tiba-tiba.

"Pacaran?" sela Janu cepat dan membuat Na Ra seketika terdiam.

"Mau balikan?" tawar pria itu kemudian.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: May 19 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Menghitung KarsaWhere stories live. Discover now