Nelumbo nucifera

785 109 33
                                    

Jadwal kemoterapi Na Ra sudah keluar. Setelah menjalani berbagai tes dan observasi sejak kemarin-kemarin, ia akan segera menjalani kemoterapi.

"Aku sudah berkomunikasi dengan semua manajer perusahaanmu. Kami sepakat untuk melakukan rapat secara online untuk hal-hal yang bersifat ringan. Dan oppa rasa bu Laras bisa dipercaya dengan baik untuk menjadi pengawas perusahaan selama kamu cuti."

Na Ra langsung mengangguk lega. Ia bersyukur sang kakak dengan cepat membantunya. Ia tak bisa membayangkan jika tak ada Ha Joon. Mungkin ia bisa rugi besar atau bahkan gulung tikar.

"Gomawoyo, Oppa. Dan Mianhae, Oppa harus sibuk karenaku."

"Ani, profit perusahaanmu bagus. Nggak sia-sia oppa bantu dulu. Mungkin nanti oppa akan berkolaborasi dengan perusahaanmu."

Na Ra tersenyum kecil. Ha Joon langsung sigap begitu ia mintai tolong mengenai perusahaan. Pria itu dengan profesional langsung menyelesaikan masalah yang ada. Bahkan pria datang ke kantor Na Ra. Dan saat itulah mereka semua tahu akan sakitnya.

"Kamu nggak perlu mikirin perusahaan. Kamu fokus ke penyembuhan. Biarkan oppa yang mengurus semuanya," sambung Ha Joon dan Na Ra begitu lega.

"Oppa, apa aku boleh keluar? Aku bosan di kamar terus," pinta Na Ra kemudian.

"Keluar? Kita tunggu bibi ke sini dulu. Oppa ada urusan sebentar, jadi nanti minta ditemani bibi saja."

"Berapa lama di Indonesia?" tanya Na Ra kembali.

"Mungkin sampai akhir pekan ini. Senin depan oppa ada rapat besar perusahaan. Tapi jangan khawatir, oppa akan sering ke sini untuk melihat kondisimu."

"Oppa, terima kasih, ya. Aku udah ngerepotin Oppa. Padahal aku yang paling keras kepala dan selalu mendebatmu," lirih Na Ra dengan pandangan jatuhnya. Ia sungguh bersalah telah merepotkan banyak orang.

Ha Joon menatap Na Ra dan hanya menghela napasnya.

"Bayarlah permintaan maafmu dengan kesembuhan. Mulai saat ini, tidak ada yang direpotkan atau pun merepotkan. Fokuslah dengan kesembuhanmu. Jangan berpikir yang tidak-tidak. Jika kesehatanmu tak kunjung membaik ke depannya, terpaksa kamu harus mengikuti keputusan kami."

Na Ra langsung menatap Ha Joon karena kalimat terakhir pria itu.

"Kenapa? Kamu tidak setuju?"

"Aniya," sahut Na Ra dengan cepat karena ia tak tahu harus membalas apa. Lagipula ucapan Ha Joon benar adanya. Ia yakin kakaknya itu khawatir dan mengharap kesembuhannya.

Tak lama kemudian, bibi Risti masuk ke ruangan Na Ra. Perempuan itu baru saja keluar sebentar untuk membeli makan. Karena bibinya sudah kembali, Ha Joon langsung berpamitan untuk keluar sebentar.

"Ra, orang yang dari salon buat potong rambutmu mau datang sekitar setengah jam lagi." Sang bibi memberitahu Na Ra karena sekarang gadis itu lebih banyak mengandalkan bibinya.

Na Ra langsung mengangguk. Ia bersiap untuk potong rambut.

"Kenapa kamu mau potong rambut?" tanya sang bibi penasaran.

"Na Ra pengen aja, Bi. Pengen langsung potong rambut aja. Sekarang pun udah banyak yang rontok," sahut Na Ra sembari tersenyum.

"Bi, Na Ra boleh tanya sesuatu?" tanya Na Ra langsung. Sang bibi yang duduk di sofa pun langsung mengangguk. Na Ra sekarang sudah banyak duduk dan tidak berbaring seperti kemarin-kemarin.

"Kenapa Akong sama Ama kasih restu ke eomeoni untuk menikah dengan aboji?"

Sang bibi menatap Na Ra sejenak sebelum menjawab pertanyaan keponakannya itu.

Menghitung KarsaWhere stories live. Discover now