Phalaenopsis amabilis

541 123 15
                                    

Na Ra sedikit terkejut dengan sajian menu untuk makan malam yang terhidang di atas meja. Setelah ia sampai di rumah sang bibi, Na Ra langsung tidur karena mengalami sedikit jetlag.

"Ini makanan khusus untuk kamu. No pork and alcohol," ucap sang bibi dengan nada khasnya.

Na Ra seketika tersenyum haru. Sedari dulu, bibinya selalu memasakkan dirinya dengan makanan yang berbeda.

Perempuan bernama Kim Min A itu ikut tersenyum. Melihat Na Ra seperti melihat almarhumah kakak iparnya yang sudah meninggal. Mereka sangat akrab dan sering berbagi makanan. Mereka juga kerap datang ke rumah secara bergantian. Namun semenjak kematian Ibunda dari Na Ra itu, Kim Min A jarang berkunjung ke rumah di Hangnam. Ia masih kecewa dengan sang kakak.

"Nanti gomo akan membawakanmu beberapa makanan jika kamu pulang."

"Kamsahamnida, Gomo. Makanan dari Gomo adalah penyelamat ketika aku malas memasak," ujar Na Ra dengan terkekeh pelan.

"Tinggal delivery saja, Eonni," sahut Hwang Kyung Mi, adik dari Woo Jin yang saat ini duduk di kelas 2 SMA.

"Datanglah ke Jakarta, sayang. Kau akan tahu bagaimana rasanya," sahut Na Ra santai. Baginya Jakarta lebih 'sumpek' ketimbang Seoul. Bahkan untuk sekedar mencari makan.

"Aku akan datang jika Eonni membayarkan semua kebutuhanku selama di sana," ucap gadis muda itu. Kyung Mi memang terkenal to the point.

"Oh tentu. Kamu ingin ke mana? Bali? Raja Ampat? Yogyakarta? Lombok?"

Kyung Mi yang awalnya tak minat, kini menatap Na Ra dengan mata berbinar.

"Jeongmal?" (Benarkah?)

Na Ra mengangguk. "Karena itu, datanglah ke Indonesia."

Kyung Mi lantas menatap sang ibu. "Eomma, bolehkah aku ke Indonesia? Aku berjanji akan mendapatkan nilai terbaik di ujian tahun ini."

Kyung Mi mulai merayu sang ibu. Woo Jin yang mendengar hal itu langsung menarik pipi sang adik.

"Tidak. Kau sudah banyak berlibur tahun ini! Fokuslah belajar supaya bisa masuk ke SNU."

Kyung Mi langsung menekuk wajahnya. Sedangkan Na Ra terkekeh kecil melihatnya. Mereka saat ini masih menunggu sang kepala keluarga untuk makan malam bersama.

Tak lama kemudian, suami dari bibi Na Ra datang. Pria tinggi dengan rambut yang semuanya hampir berwarna putih itu datang dari arah depan. Sang paman baru pulang dari kantornya.

"Woaahh, Kim Na Ra, how are you?" sapa sang paman dengan senyum lebarnya.

Na Ra ikut tersenyum. Suami dari bibinya itu terkenal ramah dan pekerja keras. Selalu menyempatkan diri untuk makan malam bersama dengan keluarga.

"I'm good, Gomobu. Gomobu, gimana kabarnya?"

"Masih seperti biasa. Menjadi supir untuk bibimu," sahut sang paman dengan muka memelas. Namun yang pasti, sang paman memang suka bercanda.

"Kau sendiri yang ingin mengantarku kemana pun!" Sang bibi langsung protes kepada sang suami.

"Eomma, appa, aku lapar. Cepatlah." Woo Jin mengintrupsi mereka. Jika tidak, mereka tidak akan jadi makan malam dan saling membalas satu sama lain.

Lalu mereka makan malam bersama. Ada banyak makanan yang tersaji. Mulai dari bulgogi, japchae, kimbab, hingga kimchi yang menjadi makanan wajib sang bibi.

Mereka makan malam dengan begitu hangat. Sesekali berbicara dan membahas sesuatu. Obrolan hangat tersebut membuat makan malam mereka tak terasa.

Tiba-tiba terdengar suara perempuan yang memanggil-manggil bibi Min A. Suara perempuan itu begitu familiar bagi mereka.

Menghitung KarsaWhere stories live. Discover now