Matricaria chamomilla

471 99 19
                                    

Kondisi Na Ra semakin stabil setelah mendapatkan penanganan dari dokter. Gadis itu sempat drop, namun berhasil tertangani dengan baik. Kini Na Ra hanya bisa terbaring lemah dan tertidur pulas.

Bibi Risti pun bernapas lega dan kini bisa makan malam dengan tenang. Sedangkan Ha Joon dan ayahnya keluar mencari makan malam. Ha Joon langsung mengajak sang ayah makan malam begitu tahu kondisi Na Ra membaik. Mereka juga butuh asupan setelah ketegangan tadi.

Setelah selesai makan, bibi Risti mengecek keadaan Na Ra. Sempat demam, namun kini sudah turun dan suhu tubuh Na Ra perlahan kembali normal.

Tak lama kemudian, Na Ra terbangun. Gadis itu menyesuaikan pandangannya pada cahaya di ruangannya.

"Ada yang sakit, Ra?" tanya sang bibi ketika Na Ra perlahan sudah menyesuaikan penglihatannya.

Gadis itu langsung menggeleng kecil. Ia merasa haus dan meminta bantuan untuk minum air putih. Dengan sigap sang bibi membantunya minum.

"Oppa? Aboji? Kemana, Bi?" tanya gadis itu kemudian.

"Mereka lagi makan, Ra. Kamu istirahat, ya? Jangan mikir aneh-aneh. Bibi khawatir tiba-tiba kamu ngedrop kayak tadi," ucap sang bibi yang masih mengkhawatirkan keadaan Na Ra. Beliau tak ingin Na Ra kembali drop. Oleh karena itu, beliau mendukung penuh kestabilan kondisi sang keponakan.

Tak lama kemudian, pintu kamar rawat inap Na Ra diketuk. Dengan sigap, bibi Risti membukakan pintunya.

Bibi Risti sedikit bingung dengan perempuan yang mengenakan jas dokter di hadapannya itu. Namun begitu, ia berusaha menyapanya dengan baik.

"Selamat malam dokter, mohon maaf, ada yang bisa dibantu?" tanya bibi Risti dengan hati-hati. Ia pikir perempuan di depannya itu adalah bagian dari dokter tim yang merawat Na Ra.

"Ah ya selamat malam, nama saya Harlin. Bolehkah saya menjenguk Na Ra?"

"Oh ya, silahkan," jawab bibi Risti dengan refleks membuka lebar pintu kamar rawat inap Na Ra. 

Na Ra yang tengah berbaring langsung mengalihkan pandangannya ke arah pintu. Gadis itu seketika kaget dengan kedatangan Harlin.

Harlin yang masih mengenakan jas dokter terpaku sebentar melihat kondisi Na Ra yang terbaring lemah di atas ranjang rumah sakit. Gadis itu terlihat kurus dan pucat, serta kepalanya yang ditutupi oleh topi rajut. Kesedihan langsung terpancar dari mata Harlin, namun perempuan itu mencoba untuk tersenyum kecil.

"Hai, Ra. Maaf ya Teteh baru bisa jenguk kamu," sapanya setelah Harlin mendekat ke ranjang Na Ra.

Na Ra mencoba tersenyum. "Teh, maaf ya." Hanya itu yang bisa Na Ra katakan. Ia tak berpikir bahwa Harlin akan mengetahui lebih cepat dari perkiraannya.

Na Ra lalu menatap sang bibi. "Bi, ini teh Harlin, tetehnya Janu."

Sang bibi yang awalnya penasaran kini langsung mengangguk dan tersenyum. Harlin dan sang bibi langsung berjabat tangan. 

"Maaf, harusnya teteh jenguk kamu sore tadi. Tapi ternyata teteh dapat panggilan darurat dari bangsal Pediatri," ucap Harlin dengan tersenyum kecil. Senyum itu seperti sebuah harapan agar Na Ra tak semakin merasa bersalah.

Na Ra langsung mengangguk dan ikut tersenyum. Entah mengapa ia merasa lega.

"Teteh tahu dari mana?" tanya Na Ra penasaran.

"Hmm, dokter Prima, Ra. Dokter Prima itu temen deket teteh dari kuliah," jawab Harlin dengan jujur. Perempuan itu lalu menyentuh tangan Na Ra yang hangat.

"Kamu jangan khawatir, ya. Kamu bakal sembuh sepenuhnya," ucap Harlin menyemangati Na Ra. Perempuan itu bahkan tak bertanya banyak. Lagipula Harlin tak punya waktu banyak. Ia akan bertanya dan berbicara dari hati ke hati saat Na Ra sudah membaik sepenuhnya.

Menghitung KarsaМесто, где живут истории. Откройте их для себя