Aster

501 119 13
                                    

"Pulanglah ke Hangnam," ucap pria yang akan menikah tiga hari lagi itu.

Na Ra tak langsung menjawab. Gadis itu justru menatap sang kakak terlebih dahulu.

"Apakah eomeoni akan tetap hidup jika aboji tidak berselingkuh?" Na Ra kembali menatap ke depan.

Bukan menjawab perintah sang kakak, Na Ra justru kembali mengungkit hal yang paling tak bisa ia terima hingga sekarang. Ia masih tak bisa melupakannya begitu saja. Bukan tak mengikhlaskan kepergian sang ibunda, namun ia tak bisa menerima perilaku sang ayah. Ia membenci hingga membuatnya sakit sendiri.

Yoo Joon terdiam seketika. Lalu ia menoleh ke arah Na Ra yang justru menikmati langit malam dari rooftop rumah sang bibi. Walaupun dingin, namun mereka seperti sudah terbiasa. Padahal Na Ra sudah lama tinggal di Indonesia, namun ia dengan cepat bisa beradaptasi.

"Hal yang paling bikin aku sakit hati sampai sekarang adalah, aboji tidak menyesal sama sekali atas semua peristiwa yang telah terjadi. Apakah beliau baru akan tersadar jika salah satu keluarganya ikut menyusul eomeoni?"

Na Ra kembali menoleh ke arah Yoo Joon. "Oppa, sayangilah Sun Yeong eonni dengan baik. Perlakukan dia dengan lembut dan jangan pernah berpikir untuk menduakannya."

Yoo Joon tak bersuara. Ia seperti sengaja membiarkan Na Ra yang berbicara.

"Aku bukan aboji," ucapnya kemudian. Ada banyak hal yang ingin ia bicarakan dengan Na Ra. Namun justru hanya kalimat sanggahan yang keluar dari bibirnya.

Na Ra tersenyum amat tipis. "Syukurlah. Aku harap begitu." Na Ra lantas mengembuskan napasnya panjang. Ia memilih bangkit dari duduknya.

"Mau kemana?" tanya Yoo Joon langsung.

Na Ra kembali tersenyum tipis. Ia merasa jika sang kakak jauh lebih baik daripada sebelumnya. Yoo Joon tidak sedingin dan sekeras dulu. Kini pria itu sedikit lebih perhatian.

"Ke kamar. Sepertinya sudah tidak ada yang dibicarakan."

Na Ra menatap sang kakak. Ia menunggu barang kali Yoo Joon hendak mengutarakan sesuatu dengannya. Namun setelah ditunggu beberapa saat, sang kakak tetap bergeming. Padahal wajah Yoo Joon seperti hendak mengungkapkan sesuatu, namun ditahan.

"Wae?"

"Aniyo. Aku mau minum."

Na Ra tak merespon dan memilih turun dari rooftop. Sang kakak masih tetap di sana. Namun sebentar lagi pasti sang kakak akan turun dan merealisasikan keinginannya itu.

Rumah Sae Ri tampak sepi. Setelah acara di rumah sang bibi, kakaknya itu pergi untuk memenuhi undangan. Kemungkinan sang kakak akan kembali nanti pada tengah malam.

Merasa bingung hendak melakukan apa. Ia ingin kembali ke rumah bibi, namun sang bibi dan paman ada acara di luar.

Na Ra mengembuskan napasnya panjang. Acara pernikahan di Korea Selatan memang terlihat tidak semerepotkan di Indonesia. Justru keluarganya masih sibuk dengan kegiatan masing-masing. Acara sudah diserahkan semuanya kepada WO. Kemungkinan akan sedikit sibuk esok hari.

Na Ra memilih mengambil air putih dan buah-buahan untuk dibawa ke kamar sebagai camilan. Tak lupa ia mengecek beberapa pekerjaan yang setidaknya bisa ia kerjakan. Namun kenyataannya, semua sudah ia kerjakan tadi pagi.

Na Ra lantas mengecek gawainya. Pesannya belum dibaca dan dibalas oleh Janu. Pria itu kemungkinan masih ada kegiatan sampai malam. Seperti inilah menjalani kehidupan asmara yang sering kali berjauhan satu sama lain. Na Ra yang sudah terbiasa serba jauh, tak begitu memusingkan segalanya. Namun terkadang Janu-lah yang mengeluh. Pria itu sering berkata jika tak seharusnya mereka saling berjauhan.

Menghitung KarsaWhere stories live. Discover now