Celosia cristata

533 114 4
                                    

Na Ra menggerakkan lehernya yang terasa kaku. Setelah rapat kurang lebih dua jam, akhirnya ia bisa merasakan kebebasan sementara. Minggu ini, jadwalnya amat padat. Dalam seminggu, ia sudah keluar kota tiga kali. Ia harus menghadiri launching produk dan acara-acara berkaitan dengan produknya di kota berbeda.

Senin kemarin, Na Ra sudah terbang ke Bali untuk menghadiri acara partnership selama seharian penuh. Kemudian hari rabu, Na Ra kembali keluar kota yaitu ke kota Medan untuk menghadiri launching produknya. Kemudian disambung hari Kamis ke Makassar untuk launching juga.

Hari ini hari jumat, namun pekerjaannya justru menumpuk. Besok sudah weekend sehingga mau tak mau Na Ra harus lembur supaya besok ia bisa menikmati libur dengan tenang. Mungkin weekend ini adalah weekend tenang karena bulan depan, jadwal weekend-nya banyak digunakan untuk promosi produk terbarunya.

Na Ra menatap jam tangannya. Masih ada waktu sekitar 30 menit untuk bersiap menghadiri rapat dengan devisi marketing. Maka dari itu, Na Ra memanfaatkan dengan menelepon Janu.

"Halo, assalamu'alaikum, Jan. Kamu sibuk nggak?" sapa Na Ra langsung saat panggilannya diangkat oleh Janu.

"Halo wa'alaikumussalam. Engga. Ada apa?"

"Kamu lagi apa?"

"Istirahat. Nunggu waktu ashar sekalian. Kamu?"

"Sama. Tapi habis ini mau ada meeting sebentar sampai jam pulang," sahut Na Ra langsung.

"Kamu pulang jam berapa nanti?"

"Hmm, aku masih lembur. Tapi paling cepet jam 8 malam kayaknya. Tapi nggak tahu."

"Kamu di kantor sendirian? Sama siapa kalau lembur?"

"Sama sekretarisku, mungkin."

"Aku samperin, ya? Sekalian aku bawain makan malam nanti."

"Kamu nggak ada kerjaan? Piket?"

"Nggak ada."

"Aku nanti habis maghrib ke sana, ya? Kamu mau makan apa nanti malam?"

Na Ra tampak berpikir sejenak. "Paket ayam sama kentang dua. Terus aku nitip buah-buahan. Kalau bisa alpukat atau pisang."

"Itu aja?"

"Iya."

"Nggak mau camilan?"

"Nggak. Itu aja cukup. Kalau ada buah mangga aku mau juga. Sekalian nanti kalau ada telur rebus, aku juga mau."

"Oke. Nanti aku bawain itu semua."

Na Ra seketika tersenyum. "Makasih, Jan."

"Iya sama-sama. Kayak sama siapa sih, Ra, Ra."

"Ya udah aku tutup dulu, ya. Jangan lupa ngemil biar perutnya nggak kosong," pungkas Janu. Na Ra pun refleks tersenyum.

"Assalamu'alaikum."

"Wa'alaikumussalam."

Setelah itu, panggilan mereka terputus. Na Ra lalu minum air putih dan makan apel serta roti. Saat sedang setengah melamun sambil menggigit apelnya, gawainya kembali berdering. Segera ia mengangkatnya.

"Yeoboseyo, Oppa," sapa Na Ra langsung.

"Oppa, eotteoke jinaesyeosseoyo?" tanya Na Ra langsung dengan senyuman manisnya. Entah mengapa ia bahagia mendapatkan telepon dari Ha Joon. (Oppa, gimana kabanya?)

"Joayo. Neon eottae?" (Baik, kamu?)

"Joayo," jawab Na Ra dengan tersenyum. Ia senang sang kakak memperhatikannya walau sekedar bertanya kabar. (Baik)

Menghitung KarsaWhere stories live. Discover now