Cattleya

497 117 8
                                    

Keputusan Na Ra untuk tidak ke Hangnam benar-benar direalisasikan. Alhasil, sang ayahlah yang mengalah dan mereka memilih mengobrol di rumah Sae Ri.

"Gimana kabarmu?" tanya sang ayah setelah hening cukup lama. Mereka berada di ruang tengah dengan meja kecil sebagai pemisah. Mereka duduk dengan saling berhadapan.

Na Ra lalu menatap sang ayah. Ternyata ayahnya sudah banyak berubah. Rambutnya yang dulu hitam, kini perlahan memutih di beberapa sisi.

Merasa Na Ra tak akan membuka pembicaraan, membuat pria bernama Kim Dae Hyun itu menuangkan minuman ke dalam gelasnya. Setelah itu, ia membuka tutup botol air mineral untuk Na Ra.

"Aboji," panggil Na Ra pelan kemudian.

Sang ayah yang terlihat menikmati minumnya, lantas mengangkat wajahnya. Ia menatap putri bungsunya dengan seksama.

"Maaf jika ini melukai harga diri Aboji, tetapi di mata Na Ra, Aboji tidak punya rasa malu sama sekali," ujar Na Ra dengan sekali ucap.

Kim Dae Hyun seketika terdiam dengan ucapan sang putri. Namun seharusnya ia tahu jika Na Ra berbeda dibandingkan putra putrinya yang lain. Walaupun Na Ra tak banyak bicara, namun gadis itu paling tidak bisa untuk menahan kata-katanya. Sekali berbicara, ucapan itu bisa menyinggung perasaan lawan bicaranya.

"Na Ra kira setelah beberapa tahun berlalu, Aboji akan berubah. Misalnya akan menyesal dan meminta maaf, namun ternyata Na Ra salah. Na Ra terlalu berekspektasi tinggi. Ego Aboji begitu tinggi. Apakah Na Ra harus selalu marah dan kecewa dengan keadaan ini?" Tak ada sorot marah dari Na Ra. Justru sorot lelahlah yang dipancarkan dari kedua mata gadis itu.

"Aboji, Na Ra lelah, sungguh. Rasanya Na Ra ingin tenang dan merasakan kedamaian seperti dulu. Tak ada yang berarti dalam hidup Na Ra setelah kematian Eomeoni. Na Ra bertahan karena yakin semuanya bisa berubah."

Na Ra menatap sang ayah dengan begitu dalam. "Semuanya memang berubah, namun tidak untuk Aboji."

"Apakah aboji tidak menyesal selama ini? Aboji masih menikmati hidup dengan bahagia bersama-- Na Ra bahkan tidak sanggup menyebutnya. Dan itu bertahun-tahun lamanya."

Na Ra tersenyum miris melihat sang ayah yang justru terdiam. Pria itu terdiam menatap gelas yang di pegangnya. Ia tak berani menatap sang putri.

"'Dasar anak tidak tahu diri! Dasar pembangkang! Dasar tidak punya etika! Kau mau jadi apa nanti jika begitu?! Kau tidak perlu ikut campur urusan, Aboji! Berusahalah sendiri, katanya kau bisa, kan?! Kau tidak tahu apa-apa tentang urusan Aboji! Jangan ganggu hubungan kami!!'"

Na Ra berucap dengan gaya yang sama seperti orang yang mengucapkan kalimat itu di masa lalu. Ia bahkan ingat berapa kali ia mendapatkan kalimat yang tak pantas itu.

Sang ayah lalu menatap Na Ra. Gadis itu menunjukkan sorot mata yang muak dan lelah. Ternyata yang lelah bukan hanya batin Na Ra, tetapi fisik gadis itu juga ikut merasakan lelah.

"Dari dulu, Na Ra tidak masalah jika Aboji tidak bisa menjadi ayah yang baik untuk Na Ra. Tapi Na Ra berharap Aboji menjadi suami yang baik untuk Eomeoni. Berharap kalian terus bersama hingga nanti. Namun ternyata Aboji memilih jalan lain."

Kalimat barusan membuat Kim Dae Hyun menatap sang putri dengan tatapan khasnya. Ia kalah kali ini.

Merasa jika sang ayah tidak mengatakan sesuatu, membuat Na Ra akhirnya bangkit dari duduknya. Gadis itu membungkuk sopan sebelum meninggalkan sang ayah.

Sementara itu, sang ayah hanya mampu menatap Na Ra yang perlahan berjalan meninggalkan dirinya. Ia tak bisa berkata-kata. Bukan karena sengaja, namun pria itu sudah kepalang malu, namun masih terhalang ego yang begitu besar. Na Ra sudah berada di puncak menahan kesabarannya. Selama ini Na Ra hanya diam, namun kali ini sang putri benar-benar muak dengannya.

Menghitung KarsaWhere stories live. Discover now