Anthurium andraeanum

783 90 10
                                    

Hari ini Na Ra memilih keluar sebentar untuk membeli beberapa bahan makanan yang sudah habis. Ia hanya belanja seperlunya di supermarket depan tower apartemennya. Meli awalnya ingin ikut untuk menemaninya, namun gadis itu langsung menolak dan berangkat sendirian.

Selesai belanja, Na Ra langsung pulang ke apartemennya. Padahal biasanya ia duduk-duduk dulu di taman dekat apartemennya sembari menikmati es krim kesukaannya. Namun kini ia harus segera pulang ke apartemennya.

Na Ra mengernyitkan dahinya saat pintu apartemennya terbuka lebar. Ia berpikir apakah Janu datang malam ini? Padahal pria itu baru saja mengabari dirinya jika sedang ada acara di angkatannya.

Na Ra langsung masuk ke dalam apartemennya dan memanggil-manggil Meli. Baru dua kali memanggil Meli, terdengar dua orang sedang berdebat dengan suara lantang serta nada tinggi dan membuat Na Ra langsung bergegas menuju ruang tengah apartemennya.

"LO YANG BAJIN**N, SIAL*N! KALAU LO NGGAK SELINGKUH, GUE JUGA NGGAK BAKAL NUNTUT APA-APA! LO MIKIRIN MENTAL GUE NGGAK?! YANG LO PIKIRIN CUMA PEREMPUAN MURA**N ITU!!"

Meli berteriak dengan wajah nyalangnya. Di sana ada mantan suami Meli, Rifky yang berdiri menatap Meli yang marah.

"Lo nggak puas bikin karir gue hancur?" ucap Rifky dengan suara datar namun menyimpan kemarahan yang besar.

Meli melihat Na Ra yang berdiri di belakang Rifky, langsung membuatnya mendekat ke arah Na Ra. Meli meraih tangan Na Ra dan menggenggam tangan gadis itu dengan kuat seakan menyiratkan jika dirinya membutuhkan perlindungan dari Na Ra.

"Sekarang cabut gugatan harta gono-gininya dan mari kita hidup dengan cara masing-masing," lanjut Rifky dengan masih berusaha sabar.

Meli yang terlanjur emosi tentu tak terima.

"MENCABUT? HARTA ITU NGGAK CUKUP BALIKIN MENTAL GUE YANG HANCUR! HARUSNYA GUE NUNTUT YANG LEBIH BANYAK! TAPI KARENA MAMA LO ITU, GUE AKHIRNYA MEMILIH ANGKA YANG NGGAK SEBERAPA!!"

"Nggak seberapa? Satu milyar itu bukan angka yang sedikit, Mel! Gue juga udah dipecat dari maskapai. Nggak puas lo hancurin gue?!"

Rifky terlihat sangat frustasi dengan sikap Meli yang tetap kekeh dengan keputusannya itu. Padahal ia sudah melakukan berbagai upaya agar Meli bisa sedikit lunak dan tidak membuat dirinya kesulitan.

"Seharusnya gue minta lebih, tapi gue tahu lo dan keluarga lo pasti nggak terima. Dan ya, minta balik aja uang dari selingkuhan lo itu! Lo 'kan royal banget sama si mura**n itu. Jual aja satu apartemennya seharga hampir 1 milyar, semuanya pasti beres!"

Na Ra dapat melihat ketegangan di antara mereka. Gadis itu kira masalah Meli dengan sang mantan telah berakhir, namun nyatanya malah semakin runyam dan alot.

Na Ra berinisiatif untuk meredakan ketegangan yang ada. Ia lalu melepaskan genggaman tangan Meli dan mendekat ke arah Rifky yang menyimpan kemarahan pada Meli.

"Ky, kamu mending pulang aja. Masalah kalian silahkan selesaikan di pengadilan dan ya, tolong ini terakhir kalinya kamu datang ke sini. Saya sebagai pemilik apartemen nggak nyaman dan nggak suka kamu datang ke sini," ucap Na Ra pada Rifky. Pria itu menatap sejenak Na Ra, dan akhirnya memilih keluar dari apartemen gadis itu.

Tepat Rifky keluar dari apartemen Na Ra, Meli langsung terduduk lemas di tempatnya. Air matanya meleleh keluar dan Meli benar-benar hancur atas kejadian ini. Dengan sigap Na Ra memeluk sang sahabat.

"Gue salah apa sih, Ra? Kok sampai dihukum kayak gini? Nggak cukup gue dibikin hancur sama mereka? Gue hanya mengajukan apa yang jadi hak gue. Tapi kenapa mereka jahat banget sama gue??"

Meli benar-benar menangis dengan suara yang menyakitkan. Meli terlihat sangat hancur. Selama ini Meli selalu mengatakan bahwa ia baik-baik saja dan bisa menghadapi semua itu, namun nyatanya Meli juga hancur dengan dirinya sendiri.

Menghitung KarsaWhere stories live. Discover now