Plumeria

614 96 24
                                    

Setelah menjalani kemoterapi, Na Ra kini beristirahat penuh di apartemennya. Sang ayah dan Ha Joon sudah kembali ke Korea dua hari yang lalu. Begitu pula dengan sang bibi yang sudah pulang kemarin dan akan ke sini lagi pada jadwal kemoterapi Na Ra selanjutnya.

Saat ini, Na Ra ditemani oleh Meli. Awalnya Na Ra menolak karena pasti akan merepotkan Meli. Namun Meli dan sang bibi berhasil meyakinkan Na Ra bahwa tak ada yang akan direpotkan atau pun merepotkan di sini.

"Lo lagi apa?" tanya Meli ketika Na Ra terlihat sibuk dengan laptopnya sedari tadi.

"Lo kerja?" Kembali Meli bertanya sembari mendekat ke arah Na Ra yang terlihat amat serius. Ia lalu melihat kegiatan yang sedang dilakukan oleh Na Ra.

"Baca jurnal? Tumben amat," ujar Meli dan perempuan itu langsung duduk di samping Na Ra.

"Lagi mood bagus dan ini seru. Lagian aku mulai bosen nggak ngapa-ngapain," sahut Na Ra dan membuat Meli menggelengkan kepalanya heran.

"Ra, perasaan lo udah habis baca buku yang tebelnya ngalahin beton cor-coran, bisa-bisanya lo tetep santai baca jurnal, baca berkas, hadehh." Meli menggelengkan kepalanya heran dengan melakukan Na Ra.

"Kalau aku nggak ngapa-ngapain malah pikiranku kemana-mana. Ya udah aku nyari kesibukan yang ringan."

"Iya deh, yang penting lo nggak kecapekan dan intinya lo nggak terbebani sama sesuatu," sahut Meli yang tentu tak bisa menahan hobi Na Ra itu.

"Habis ini kayaknya ambil PhD seru," celetuk Na Ra yang membuat Meli mengerutkan dahinya heran. Apakah Na Ra salah makan tadi?

"Dah lah terserah lo, Ra. Mau ambil PhD, PDH atau apa kek yang penting lo inget kesehatan yang harus lo jaga."

Na Ra seketika tertawa. "Aku bercanda kali. Nggak mungkin aku ninggalin kerjaan yang udah ada. Bisa aja aku sambil kuliah lagi, tapi kayaknya nggak deh. Badanku nggak bakal kayak dulu lagi. Sekarang aku harus hati-hati. Lebih baik aku nyelesain satu-satu yang ada di depanku dulu," ujar Na Ra sembari mematikan laptopnya. Jarum jam sudah menunjukkan pukul 21.30 yang artinya ia harus tidur. Sudah satu jam ia menyelami hobinya itu.

"Syukurlah, gue nggak mempermasalahkan kemampuan lo, tapi gue khawatir sama raga lo, Ra. Better lo emang harus mengurangi aktivitas yang padet itu," sahut Meli yang lega dengan jawaban Na Ra. Ia memang tak meragukan kemampuan Na Ra, namun ia berusaha memberitahu agar gadis itu lebih menjaga dirinya nanti.

"Iya Meli sayang. Aku mau tidur dulu ya. Jangan begadang malam ini kalau besok nggak mau telat," pungkas Na Ra sembari menuju kamarnya.

Meli hanya bergumam. Ia hendak menonton film tapi pasti begadang nantinya. Alhasil ia memilih menyusul Na Ra.

"Gue mau tidur aja deh," monolog Meli dan langsung melompat ke samping Na Ra.

"Tumben banget. Udah ngantuk?" tanya Na Ra yang bersiap mematikan lampu kamar tidurnya dan menyisakan lampur tidur yang temaram.

"Nggak juga. Gue bingung mau ngapain," jujur Meli. Perempuan itu menatap langit-langit kamar Na Ra.

Meli yang awalnya berbaring terlentang kini memiringkan tubuhnya ke arah Na Ra.

"Ra, lo beneran udah nggak ada harapan buat balikan sama Janu?" tanya Meli langsung.

Na Ra yang menatap ke atas terdiam sejenak. Gadis itu lalu menggeleng.

"Kenapa?"

"Karena udah nggak ada harapan lagi, Mel. Semuanya emang udah selesai," jawab Na Ra tanpa menatap Meli.

Meli lantas berdecak. "Lo bohong, Ra," seloroh Meli langsung dan Na Ra tetap bergeming tak menatap Meli.

"Gue tanya coba, kenapa lo milih jomblo seumur hidup sedangkan banyak laki-laki yang deketin lo? Seumur-umur gue lihat lo emang nyaman banget sama Janu. Lo paling suka denger tentang Janu. Selama di Korea, lo nungguin banget kabar dia. Apa yang lo khawatirkan?"

Menghitung KarsaWhere stories live. Discover now