12. Kasih sayang seorang Kakak

4.7K 684 271
                                    

12. Kasih sayang seorang Kakak

Setiap orang punya luka, setiap orang punya masalah. Namun, setiap orang memiliki cara yang berbeda untuk menyembunyikan luka dan masalah yang ada di hidup mereka.

🦋

Setelah membantu Veronika membersihkan diri, Anna menghapus air mata Veronika yang tak berhenti mengalir ke pipi.

"Semua orang membela Kanaya padahal dia yang salah. Apa karena gue jelek?" gumam Veronika.

"Ika jangan ngomong gitu." Anna berucap tak suka.

"Kanaya emang pinter cari muka. Semua orang tertipu muka polosnya dia, nggak tau aja mereka kayak apa tuh anak. Gue tiap hari kalau ada dia di adu domba terus sama orang tua gue. Heran gue, Ka. Orang tua gue mungut anak dari mana sih modelan Kanaya," jelas Anna. Kalimat terakhirnya membuat Veronika terhibur hingga cewek itu tertawa.

Melihat Veronika tertawa membuat Anna ikut tertawa. Cewek itu memeluk tubuh sahabatnya memberikan kehangatan. "Gitu dong ketawa."

"Makasii, ya, Na udah mau jadi sahabat gue. Gue tenang punya lo di samping gue," ungkap Veronika jujur.

Anna tersenyum. "Makasii juga Ika udah mau jadi sahabatnya Anna. Ayo sahabatan sampai tua bersama. Nanti kalau anak gue cowok terus anak lo cewek, kita jodohin."

Veronika tertawa. Kemudian, mendorong kening Anna dengan jari telunjuknya membuat Anna memajukan bibir beberapa centi.

"Sekolah yang rajin dulu baru mikirin anak," kata Veronika.

"Gue nggak pernah mikir tentang masa depan gue," lanjutnya.

"Kok gitu?" tanya Anna heran.

Veronika mengedikkan bahu. "Gue cuman ingin hidup di mana gue nggak mendengar orang-orang becanda soal fisik gue, di mana nyokap nggak bandingin gue sama Kakak gue yang cantik, dan di mana gue bisa didengar sebagai Veronika."

Anna hanya terus memeluk cewek itu tanpa mengucap sepatah kata lagi.

Namun, perhatian Anna teralihkan saat sebuah pesan masuk dari ponselnya membuat tubuhnya sontak menegang.

"Anna ... Langit diculik!"

##

Dengan seragam dipenuhi lumpur, Veronika memungut sepatu dan tasnya yang dilempar Kanaya ke got.

Setelah berhasil menjangkaunya, dia memeluk tasnya yang mengeluarkan bau busuk dengan satu tangan memegang sepatunya. Veronika pulang ke rumahnya tanpa menggunakan alas kaki karena sepatunya yang kotor, tak layak di pakai.

Anna sendiri sudah pulang tepat ketika bell dibunyikan dan saat menerima pesan entah dari siapa.

Karena letak rumahnya yang memang tak begitu jauh dengan sekolah, maka tak membutuhkan lama untuk dirinya sampai di kediamannya.

Saat kakinya berada di depan pintu, Veronika menjatuhkan sepatunya hingga mengotori lantai.

Pintu kayu berwarna cokelat tua di depannya terbuka menampilkan seorang wanita paruh baya yang langsung menghampiri Veronika.

"Ibu," panggil Veronika menahan mati-matian air matanya. "Ibu ... Ika capek, Bu."

Namun, bukan pelukan hangat yang sangat ia butuhkan yang ia dapatkan pun dengan pertanyaan tentang keadaannya melainkan sebuah tamparan yang melayang ke pipinya.

Plak!

"Ibu Jijik sama kamu, Ika!" teriak wanita itu lantang tanpa terlihat sedikitpun penyesalan di wajahnya.

HopelessWhere stories live. Discover now