23. Sakit

4.8K 549 204
                                    

23. Sakit

Berhenti menjadi orang gak enakan yang apa-apa menjadi beban pikiran karena kamu, tidak punya tanggung jawab untuk menjaga perasaan orang.

🦋

Loren memasang helmnya seraya tak berhenti menggerutu. Orang yang menjadi biang dari kekesalannya malah santai menaiki motornya di belakang.

"Ini semua salah kalian." Diaska membalas dengan nada suara yang kentara kesal. "Anna itu suka banget sama semua hal yang berhubungan sama laut dan pantai. Gue minta tolong kalian buat bantu gue ngehibur dia dengan kita pergi kemah di dekat pantai tapi hancur semua saat kalian malah ngajakin Bella sama Kanaya."

"Yang ngajakin Kanaya itu Natta, tolol terus yang ngajakin Bella si Gemintang. Kenapa gue yang kena imbasnya?"

Diaska tak menjawab. Motor mulai melaju. Mobil yang dipakainya ke rumah Loren tadi dibawa pergi oleh Anna. Cewek itu marah akan kedatangan Kanaya secara tiba-tiba di tempat Loren saat semuanya berkumpul membuat video. Diaska menjadi pusing sendiri padahal beberapa jam yang lalu mood Anna mulai membaik.

"Lagian lo, punya cewek kok kerjaannya ngambek mulu," heran Loren. "Ganti yang baru."

"Nama Anna udah terukir di hati gue jadi susah," balas Diaska sedikit berteriak karena suaranya bisa teredam suara kendaraan.

"Muntah," sahut Loren.

Diaska tertawa seraya berkata, "makanya lo, jatuh cinta dong. Penasaran gue sebucin apa lo nanti sama cewek lo."

"Jangan samain gue sama lo, ya, Ka." Loren merasa kesal.

"Cinta membuat orang pintar jadi bodoh asal lo tahu," ujar Diaska.

"Najis! Jangan bahas cinta-cintaan di depan gue, setan lo!"

Diaska kembali tertawa tapi, tawanya terhenti saat melihat ke kaca spion motor milik Loren. Pengendara berbaju serba hitam yang berboncengan di belakang mereka terus mengikuti kemana pun arah mereka pergi.

"Kita diikuti," kata Diaska pada Loren. "Jaket yang mereka pakai persis sama jaket yang dipakai orang-orang yang nyerang Natta sebulan yang lalu."

Alih-alih merasa takut, Loren tersenyum miring. "Suka nih gue kalau yang kayak gini."

Diaska menepuk punggung Loren keras. "Lo ingat perkataan ketua geng yang kita jebloskan ke penjara pas kelas 1 SMP dulu?"

Loren terdiam, seperti mengingat sesuatu. Ia lantas melajukan motornya kencang membelah jalanan.

"Dari TK, SD, SMP, dan SMA gue sama lo masa mati juga harus sama lo? Pelan-pelan, goblok!" teriak Diaska kencang.

Loren membalas tak kalah lantang. "Kalau pelan nanti kita ketangkap, tolol! Jelas-jelas mereka mau balas dendam!"

Diaska melihat ke arah belakang setelah Loren menyalip dua truk angkutan besar, cowok itu menghela napas panjang saat tak lagi melihat pria yang mengikuti mereka tadi.

"Kayaknya mereka masih jauh. Ada gunanya juga ya lo tiap malam ikut balapan," puji Diaska menghembuskan napas lega.

Loren tak menjawab.

"Tapi, lo kan suka sama hal-hal yang menantang. Bukannya kabur, harusnya kita lawan bukan?"

Loren masih tak merespon. dDiaska bodo amat. Dia seperti berbicara dengan patung.

"Ka ...," Loren tiba-tiba memanggil dan Diaska hanya membalas dengan deheman sampai Loren berkata, "Rem motor gue blong. Ada kata-kata terakhir?"

"LOREN ANJING!"

HopelessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang