33. Penyelamat sebenarnya

2.6K 419 282
                                    

33. Penyelamat sebenarnya

Kita sering kali menjadi orang yang paling tersakiti padahal tanpa sadar, kita juga sering menyakiti orang lain

🦋

Kanaya menarik lengan Anna menuju ke arah orang tua mereka yang tengah duduk santai di ruang tengah sembari menonton televisi.

"Mi, Pi, aku mau ajak Anna keluar cari gaun buat pesta nanti. Boleh kan? Lagian dia juga keliatan bosan di rumah terus," kata Kanaya sembari melirik Anna yang hanya terdiam.

Ratih menatap bergantian putrinya sebelum benar-benar fokus pada Anna. "Udah nggak pusing sama lemes lagi, kan, Nak?"

"Nggak, Mi," jawab Anna seadanya.

"Tapi, di luar mendung kayaknya sebentar lagi hujan besar," sahut Pandu yang sedari tadi diam.

Kanaya menunjukkan kunci mobil milik Anna. "Kan pakai mobil, Pi."

"Yaudah hati-hati ya, Sayang. Jangan tinggalin Anna sendirian," kata Ratih yang dibalas anggukan semangat Kanaya yang menarik Anna keluar rumah.

Dalam perjalanan, Anna hanya menatap kosong ke luar kaca mobil. Kanaya bahkan tidak mengajaknya berbicara sedikitpun sementara ia tidak tahu harus memulai pembicaraan dari mana.

Namun, tak tahan dengan keheningan yang membuat Anna semakin canggung bersama Kanaya, dia memberanikan diri buka suara. "Kita mau ke mana, Nay?"

"Udah kamu diam aja, nurut aja apa kataku," balas Kanaya meliriknya sekilas.

"Kok aku ngerasa asing banget ya sama kamu," ucap Anna tiba-tiba yang lebih mengejutkan lagi, Kanaya tertawa sebagai respon yang tak terduga.

"Kamu bilang Diaska lecehin aku tapi kok bisa orang tua kita mau tinggal di sebelah rumah dia. Nggak masuk akal banget," kata Anna membuat Kanaya menghentikan mobil secara mendadak membuat tubuh Anna sedikit terdorong ke depan.

"Anna!" Kanaya meninggikan nada suaranya. "Kamu pikir aku bohong gitu? Kalau aku bilang Diaska jahat ya berarti dia emang jahat! Kamu harus jauhin dia! Pacaran aja sama Kak Kafka tuh, apa susahnya sih?"

"Kok kamu ngamuk? Aneh banget lagian bukan urusan kamu aku mau pacaran sama siapa, aku nggak suka Kak Kafka kok kamu ngatur?" Anna berubah kesal.

Cewek itu dibuat bingung melihat kedua tangan Kanaya mengepal saat mendengar ucapannya.

"Kak Kafka itu orang terdekat kamu sebelum kamu lupa ingatan. Dia yang selalu ngelindungin kamu. Dia juga yang ngisi hari-hari kamu saat orang tua kita sibuk ke liling luar negeri buat kerja. Asal kamu tahu, ya. Di sekolah kamu itu nggak punya temen. Nggak ada satu pun yang mau temenan sama kamu soalnya kamu sombong, gengsi, dan kasar. Tapi, Kak Kafka yang selalu nemenin kamu. Berkat dia kamu nggak pernah kesepian di mana pun kamu berada!" ucap Kanaya panjang lebar.

Anna menatap dalam mata Kanaya. "Kamu nggak bohong kan?"

"Liat aja tuh boneka yang berjejer di lamari, itu semua pemberian Kak Kafka!" tekan Kanaya.

Anna tak menjawab hanya teringat ucapan Langit yang sangat kontras dengan ucapan Kanaya.

"Itu kan boneka beruang pemberian Kak Diaska. Dia selalu ngasih Kak Anna boneka, bunga, sama cokelat kalau Kak Anna lagi ngambek sama dia lewat aku dan Bulan."

HopelessHikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin