39. Putus

2.6K 423 560
                                    

39. Putus

Kita kerap kali mati-matian menjaga perasaan orang yang sama sekali tidak pernah memikirkan perasaan kita.

🦋


Gemintang mengarahkan kamera ke arah Natta membuat cowok itu menutup wajahnya dengan kedua tangan hingga membuat Gemintang kesal. Cowok itu akhirnya mengarahkan kamera ke arah Loren.

Loren menatap datar kemudian berkata, "tujuan hidup gue adalah bertemu dengan Papi. Setelah gue bisa ketemu sama dia, gue akan menghancurkan hidup dia. Pecundang yang nggak bertanggung jawab."

Kamera dialihkan ke arah Aksa yang tengah membawa nampan berisi banyak cemilan.

Cowok itu menghela napas. Sebenarnya merasa risih tapi, Gemintang memang kerap mengabadikan setiap moment mereka bersama untuk dimasukkan ke channel YouTube cowok itu.

"Tujuan hidup gue adalah gue nggak tau," ujarnya singkat, padat, dan jelas membuat Diaska yang berbaring di ranjangnya sampai bangkit dan duduk.

Diaska menatap ke arah Aksa. "Sesuatu yang bener-bener lo inginkan tapi, sulit terwujud apa, Sa?"

"Gue pengen kita temenan sampai kita semua sama-sama sukses nanti. Udah itu aja karena ya cuman kalian yang gue punya," kata Aksa.

"Terharu gue," timpal Gemintang yang masih memegang kamera.

"Lo sendiri, impian lo apa, Ka?" tanya Aksa menatap ke arah Diaska.

"Lo punya foto keluarga?" Diaska balik bertanya membuat Aksa mengangguk sembari menunjuk ke arah nakas.

"Itu salah satu keinginan yang sulit tercapai buat anak-anak kayak gue," ujar Diaska tersenyum kecil.

Natta yang merasa Diaska sedang menyindirnya mendadak merasa kesal. "Semuanya udah berlalu kan, Ka? Kok lo ungkit-ungkit masalah itu lagi sih? Sengaja banget lo biar gue terus merasa bersalah."

"Kok lo sewot sih? Aksa kan nanya ya gue jawab. Lo, Loren, Gemintang, Aksa. Kalian semua punya foto keluarga. Apa salahnya gue mimpi punya apa yang udah kalian semua punya hah?"

"Udah! Kok kalian jadi ribut gini sih di kontrakan gue?" Aksa menatap Diaska dan Natta secara bergantian. Ia kemudian bangkit dan berjalan mengambil sesuatu di lemarinya.

Gemintang mematikan kameranya lalu menatap ke arah Diaska. "Lo sadar nggak sih, Ka. Setelah Tante Tamara berubah baik sama lo, Sekarang lo beda. Terlalu pakai hati. Dulu lo selalu bodo amat dan cuman mikirin apa yang buat lo senang. Gue liat lo sekarang, apa-apa merasa tersakiti dan nyari pelampiasan ke Natta."

"Udah berapa kali gue bilang, kalau ada salah satu di antara kita semua berseteru harusnya kita bisa jadi penengah bukan malah memihak salah satunya," timpal Loren kesal.

"Lo juga lagi mihak Diaska, ya, Ren." Natta menatap Loren tajam.

Brak!

"Gue ngundang kalian semua ke sini bukan buat ngendenger kalian semua ribut perkara hal sepele gini yah!" Aksa meninggikan nada suara setelah menutup kasar pintu lemarinya.

Seketika hening. Aksa menghela napas panjang lalu kembali duduk di dekat Diaska yang bersandar di tembok. Ia meletakkan sebuah kotak berukuran kecil di tengah-tengah mereka berlima.

Aksa membuka kotak itu membuat Gemintang terkejut melihat isinya.

"Kalau kalian nggak suka kalian boleh buang, terserah," kata Aksa.

Loren mengambil gelang dalam kotak itu dan mengerutkan kening melihat namanya terukir di sana. "Apa sih, norak."

Gemintang ikut mengambil gelang yang bentuk dan warnanya serupa seperti Loren dan yang jadi pembedanya adalah namanya yang terukir di sana sembari tertawa mengejek. "Kayak anak SD."

HopelessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang