13. Malapetaka?

4K 614 195
                                    

13. Tuhan, aku lelah

Jika kalian merasa berada di titik terendah, benar-benar lelah pada semuanya dan berpikir menyerah lah satu-satunya solusinya.

Ingat lah satu hal bahwa kalian tidak pernah sendiri.

🦋

Lorenzo masuk rumahnya dan langsung disambut pekikan histeris wanita cantik dengan pakaian elegan yang berlari menghampirinya dengan tergesa dan panik.

"Apa yang terjadi? Kenapa bajumu penuh noda darah? Ren! Jawab Mami!"

Cowok itu hanya memiliki tatapan kosong dan berjalan menaiki anak tangga, tak menggubris sedikit pun ibunya yang mengekor sembari menangis.

Iya, wanita itu selalu sensitif untuk semua hal yang berhubungan dengannya.

"Ren! Jawab, sayang! Jangan diam aja, kita ke rumah sakit se-"

Brakk

Pintu kamarnya ditutup kasar. Lorenzo masuk kamar mandi, membasahi tubuhnya yang masih mengenakan pakaian lengkap di sana.

"Ini salah gue," gumamnya.

Lorenzo selalu gagal melindungi orang-orang yang dia sayang karena itu, untuk melampiaskan emosinya pada dirinya sendiri, dia sering menyakiti dirinya sendiri seperti sekarang.

Pecahan kaca ia genggam erat dengan tatapan tajam, tak peduli darah mulai keluar dari sela-sela jarinya, yang ada di otaknya hanya terbayang bagaimana Laura dan Diaska tumbang bersimbah darah di depannya.

Ia tidak bisa melakukan apa pun untuk menyelamatkan keduanya, dia membenci dirinya sendiri yang tak berguna.

**

"Ka... Lain kali, jangan terlalu baik sama orang lain, ya karena terkadang kebaikan nggak selalu dihargai."

"Ini udah kesekian kalinya kamu ngorbanin nyawa kamu buat keluarga mereka, tapi, apa yang mereka lakukan? Jenguk kamu aja nggak pernah."

Anna menghapus kasar air matanya. Sudah dua hari berlalu, cowok yang setiap hari kerjaannya mengganggu dan membuatnya tertawa kini terbaring lemah dengan berbagai macam alat penyangga hidup menempel di tubuhnya.

"Ka ... Udah dua malam semenjak kamu kayak gini, aku nggak bisa tidur. Aku juga udah dua hari nggak pergi ke sekolah, ini kan yang kamu mau?"

"Cuman kamu yang aku punya yang ngertiin aku, yang perhatian, dan selalu bikin aku bahagia. Jangan pernah berpikir buat pergi ninggalin aku, apa pun itu, aku nggak akan pernah biarin itu semua terjadi," tukas Anna. "Aku kangen sama kamu. Ka ... ayo bangun, ada banyak orang yang sekarang nunggu kamu."

Anna menoleh saat mendengar pintu terbuka, di sana Veronika berjalan masuk.

"Na ... ayo makan dulu," ucap cewek itu. Anna tak menjawab dan hanya terus menggenggam tangan Diaska.

Veronika menghampiri Anna. "Lo bisa sakit kalau terus-terusan nggak makan. Kalau lo sakit, yang jagain Diaska nanti siapa?"

Anna menatap sahabatnya dengan mata yang sudah sembab.

"Ayo, Na. Diaska pasti marah banget kalau liat keadaan lo kayak gini," tambah Veronika yang membuat Anna merenung.

Veronika menarik tangan Anna dengan lembut. "Bentar doang kok."

"Lo pernah makan bakso di pinggir jalan?" tanya Veronika saat berjalan di lorong rumah sakit.

Anna menggeleng, Veronika sudah menebaknya.

HopelessWhere stories live. Discover now