48. Maafin Kakak

4.6K 529 168
                                    

48 Maafin Kakak

Kami hanya anak-anak. Kami hanya ingin belajar dan bermain seperti yang lainnya. Kenapa kami harus menjadi korban keserakahan orang dewasa seperti kalian?

🦋

Pak Jehan menatap keluar jendela mobil tepat ke arah seorang anak laki-laki yang duduk diam di bangku panjang pekarangan rumah majikannya sembari terus melihat ke arah gerbang.

"Dia masih menunggu, Nyonya," katanya buka suara sembari melihat spion, mata sembab Tamara yang juga melihat ke arah yang sama .

Tamara menatap ke arah depan. Menghiraukan ucapan supirnya, ia bertanya, "Natta di mana?"

"Setengah jam yang lalu, dia meminta saya untuk mengantarnya ke suatu tempat, Nyonya," jawab pak Jehan jujur.

Tamara menghapus kasar air matanya. "Antar saya ke sana."

"Sudah dua jam Den Chandra menunggu anda, setidaknya bicaralah sebentar sama di-"

"Sekarang, Pak!" Tamara meninggikan nada suaranya membuat pria paruh baya itu tak bersuara.

Ia memilih menghidupkan mobil dan menuruti ucapan Tamara. Tidak butuh waktu lama, sampai lah mereka di sebuah restoran. Di bangku paling pojok dekat kaca tembus pandang, ia melihat dua orang paling ia kenal duduk berdua.

Tamara berjalan linglung mendekat, tenaganya seolah terkuras habis setelah apa yang ia dengar dari bi Marsih. Ia menghentikan langkah secara spontan saat dari jarak yang dekat, ia mulai mendengar pembicaraan dua orang yang ia kenal itu.

Semua mata yang ada di sana melihat ke arah wanita yang memakai tudung, masker dan berkaca mata hitam yang berteriak di depan seorang remaja.

"Bunda ibu yang jahat? Bunda iblis tidak berprikemanusiaan? Bunda kejam? Bunda menjadi seperti ini supaya kamu dapat kasih sayang ayah kamu! Supaya kamu hidup mewah  dan supaya masa depan kamu terjamin!" Isak wanita itu. "Aku bahkan tidak pernah memikirkan diriku sendiri sedetik pun. Semenjak aku melahirkanmu, otakku hanya dipenuhi tentang kebahagiaanmu. Aku rela kehilangan segalanya, aku rela dipenjara, aku rela jadi monster hanya supaya kamu bahagia! Tidak bisakah sedikitpun kamu melihat pengorbanan Bunda?"

"Itu semua menyiksaku!" balas Natta tajam dan penuh kebencian. "Pernahkah kamu berpikir kalau suatu hari aku tahu kebenarannya, aku akan malu memiliki ibu sepertimu?"

Revina mengepalkan kedua tangan mendengarnya.

"Detik di mana aku tahu semuanya, aku hancur. AKU HANCUR! Kenapa aku harus punya ibu sepertimu? Kenapa aku harus lahir dari orang sepertimu?"

"Kamu merenggut kehidupan bahagia anak lain dan kamu sebut itu pengorbananmu?"

"ITU SEMUA DEMI KAMU!" teriak Revina kencang.

"DEMI DIRI KAMU SENDIRI!" balas Natta tak kalah lantang. "Apa saat kamu menukar kami, kamu merawat dan membesarkan Diaska penuh kasih sayang seperti Mama padaku?"

"Saat kamu menukar kami, kamu sengaja mengirimnya pada Papa dan Mama supaya dia tumbuh dengan kebencian dan siksaan! Kamu tahu itu akan terjadi dan kamu sengaja melakukannya. Kami hanya anak-anak. KAMI HANYA INGIN BELAJAR DAN BERMAIN. Kenapa kami harus menjadi korban keserakahan orang dewasa seperti kalian?"

"Bunda tahu bukan Diaska yang menikam mu. Kamu fitnah dia hingga dia dipukuli sampai koma oleh ayah kalian. Kamu melakukannya Natta DAN BERANINYA SEKARANG KAMU MENGHAKIMI BUNDA CUMAN KARENA BERKORBAN DEMI KEBAHAGIAAN KAMU!"

"Aku mendorong Anna dari atap sekolah kalian karena dia tahu kebenarannya, karena dia ingin membongkar kalau Diaska anak kandung Tamara! Aku melakukannya semuanya demi kamu! Kamu lihat apa yang Rio dan Tamara lakukan sama Diaska? Mereka memukulnya, mereka tidak memberinya makan, mereka memakinya dan apa yang mereka lakukan sama kamu? Mereka memelukmu, mereka membanggakan mu, memanjakan mu, dan mereka melimpahkan mu dengan kasih sayang."

HopelessWhere stories live. Discover now