16. Cucu kesayangan

4.7K 616 351
                                    

16. Kedatangan Kakek

Hidup itu timbal balik. Terdiri dari dua perbedaan yang saling melengkapi antara siang dan malam, baik dan buruk, suka dan benci.

Kamu hanya perlu menjadi dirimu sendiri, percaya pada dirimu sendiri, mencintai dirimu sendiri, dan bersama dengan orang-orang yang bisa menghargai apa yang kamu sukai dan senangi.

🦋

Semenjak sadar dari tidur panjangnya, Diaska merasa bingung akan perubahan Anna. Cewek itu tak lagi memukul lengannya ketika salting, tak juga menendang tulang keringnya saat kesal bahkan cara bicara Anna pun ikut berubah, tak seperti biasanya.

"Setelah ini kamu istirahat aja di rumah, nanti sekolah pas udah benar-benar sehat," kata Anna memberi nasihat.

Diaska hanya mengangguk kecil. Entah ia harus bersyukur atau tidak atas perubahan Anna yang menjadi lemah lembut. Apa perubahan ini hanya terjadi sampai ia benar-benar sembuh?

Sudahlah. Memikirkannya membuat kepala Diaska menjadi pening. Lebih baik ia menikmatinya.

Ia berjalan linglung mengikuti Anna. Hari ini ia diperbolehkan pulang dan anehnya, Diaska malas untuk pulang . Tapi, mengingat mata berbinar Bulan yang menunggunya, Diaska setidaknya punya alasan kuat untuk tetap berada di rumah itu.

"Setelah ini kamu harus janji buat jangan pernah mendatangi tempat ini lagi," ujar Anna menunjuk ke arah rumah sakit saat mereka berdua sudah berada dalam mobil.

"Terus nanti kalau kita nikah, lo hamil dan melahirkan. Gue harus bawa lo ke dukun gitu?"

Anna menatap Diaska lama. Ia menarik napas dalam-dalam, kemudian menghembuskannya. Sabar, Anna sabar. Cowoknya baru saja pulih. Ia tidak mungkin menendangnya meski ia ingin karena kesal, bukan?

"Diaska," panggilnya tersenyum. "Mending nyetir sekarang."

Diaska tidak mengerti arti dari ekspresi Anna yang seperti menahan sesuatu. Ia memilih menuruti permintaan cewek itu dan mulai menghidupkan mobil kemudian membawanya membelah jalanan Jakarta.

Anna bersandar di bahu Diaska lalu memejamkan matanya.

Diaska melirik lewat ekor matanya kemudian dengan tangan kirinya mengusap kepala Anna membuat cewek itu merasa nyaman.

"Makasih, ya," ucapnya.

Tanpa membuka matanya Anna membalas kecil, "buat?"

"Semuanya," kata Diaska. "Lo satu-satunya keberuntungan yang gue miliki dalam hidup gue, Na."

"Tapi, gue nggak suka cara lo nyakitin diri lo sendiri karena gue," lanjut Diaska.

Anna terdiam.

"Loren bilang semuanya. Saat gue sakit, lo jarang makan, jarang tidur buat nungguin gue." Tangan kiri Diaska beralih menggenggam tangan Anna. "Lain kali jangan begitu, ya."

"Lain kali kamu jangan sakit lagi," balas Anna mendongak menatap Diaska. "Kamu pikir kenapa aku sampai begitu? Ya karena aku sayang sama kamu."

Diaska mencium punggung tangan Anna. "I love you."

"I hate you" Anna membalas sembari bersedekap dada dan menatap datar.

Diaska tertawa kecil dibuatnya. Di tengah perjalanan yang mereka nikmati dengan pembicaraan tak penting, ada banyak orang berkumpul di pinggir jalan dekat toko baju yang jaraknya sekitar 10 kilo meter dari rumah mereka.

HopelessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang