28. Adu domba

2.9K 479 468
                                    

28. Niat buruk berujung kecewa

Belajarlah dari rumput meskipun terinjak, terombang-ambing oleh angin, atau bahkan terpotong berkali-kali, dia tetap berdiri dan terus tumbuh lagi.

🦋

Pukul 2:20 AM. Tamara membelai lembut kepala putrinya yang menggunakan pahanya sebagai bantal. Anak itu baru bisa tertidur sekarang setelah menangis semalaman.  Tak henti memanggil nama Chandra yang sudah empat hari tak kunjung pulang.

"Ma ..."

Tamara menunduk melihat permata hatinya membuka matanya yang sembab. Bulan masih belum bisa tidur.

"Bulan takut," adu si kecil memeluk pinggang ramping ibunya.

"Sayang, Mama ada di sini. Mama nggak akan ninggalin Bulan sendiri. Ada Kak Natta, ada Papa juga yang jagain Bulan."

Bulan melepas pelukan, bangkit seraya mendongak menatap ibunya. "Kak Chandra mana? Bulan maunya Kak Chandra."

"Bulan nggak kasian sama Mama hah? Kepala Mama sakit nggak bisa tidur karena Bulan rewel dari tadi," bentak Tamara tak bisa menahan emosi.

Bulan kembali menangis kencang membuat sang ayah datang mencoba menenangkannya sementara Tamara memijit pelipisnya. Kepalanya seakan mau pecah rasanya.

"Kak Chandra itu udah besar. Dia mandiri. Dia kuat. Dia bisa jaga diri. Nanti kalau dia mau, dia pasti pulang, Sayang. Sekarang, mending Bulan tidur supaya besok kita bisa ketemu sama Kak Chandra," ujar Rio lembut membuat Bulan menghapus air matanya dengan tangan mungilnya.

"Tapi di mimpi Bulan Kak Chandra lagi kesakitan," balas Bulan sesenggukan membuat Tamara meliriknya dengan tatapan penuh arti.

"Dan Kak Chandra sendiri. Dia kesakitan tapi dia sendiri," lanjut Bulan menangis.

Rio membawa anak itu ke pelukannya. Mengusap lembut punggung anak itu berupaya memberi ketenangan.

"Bulan sayang Kak Chandra, Pa tapi, Mama selalu marah katanya Kak Chandra bukan Kakaknya Bulan."

Rio terus mendengar ocehan si bungsu yang dari suaranya terdengar mengantuk berat sesekali melirik istrinya yang terlihat jelas sangat letih di wajah cantiknya.

"Padahal Kak Chandra sayang banget sama Bulan. Setiap pulang sekolah selalu bawain Bulan hadiah, selalu bawa Bulan jalan-jalan ke rumah temannya, nurutin permintaan Bulan, dan selalu jaga Bulan dari orang jahat.  Kenapa Papa sama Mama selalu marah sama Kak Chandra padahal dia selalu melindungi keluarga kita?"

"Kak Chandra juga selalu mengajari Bulan buat jadi orang baik. Dia sering bilang Bulan nggak boleh bentak Mama padahal Mama selalu bentak dan bicara kasar sama Kak Chandra ..."

Hening. Tak terdengar suara lagi dari anak itu yang menyembunyikan wajah di dada bidang milik ayahnya.

Tamara bergerak untuk melihat wajah si bungsu kemudian menghela napas lega saat anak itu tertidur dengan helaan napas teratur.

Setelah selesai menyelimuti dan mengecup penuh sayang kening Bulan, Tamara keluar kamar anak itu sembari mengusap wajahnya kasar.

Di luar ia bertemu Rio yang menunggunya untuk ke kamar. Rio memeluk pinggang rampingnya hangat.

HopelessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang