43. Mama

3.2K 501 867
                                    

43. Mama

Terkadang apa yang otak kita pikirkan selalu bertentangan dengan apa yang hati kita rasakan

🦋

"Aku udah bilang Diaska yang mau bunuh kamu, kalau kamu bilang kebenarannya, aku akan berakhir kayak Veronika dan kalau aku mati, kamu penyebabnya."

Natta menatap hampa ke arah Kanaya yang terus tersenyum sembari mengupas sebuah apel untuknya.

"Lo puas sekarang?" tanyanya.

Kanaya menatap mata Natta kemudian menggeleng kecil. "Nggak."

"Karena dia nolak lo?" Natta bertanya sekali lagi. Lingkaran hitam di bawah mata anak itu membuktikan bahwa ia tidak pernah tidur tenang selama ini.

"Harusnya kamu juga senang. Diaska dan kamu itu selalu dibandingkan sama orang-orang. Diaska selalu lebih unggul dan dipuji. Aku membantumu, Ta. Sekarang karena kamu meminta Diaska nggak dihukum, kamu dipuji sama orang-orang, di mata mereka kamu baik dan terlalu memikirkan perasaan orang sementara Diaska malah sebaliknya."

"Gue nggak pernah peduli apa pun ucapan orang tentang gue!" Natta meninggikan nada suaranya. "Lo pikir, hidup gue sama Diaska itu sebuah ajang perlombaan hah?"

"Bagi kamu mungkin nggak tapi, bagi orang-orang malah sebaliknya. Kamu tahu, apa pendapat orang-orang saat kamu berdampingan sama Diaska?"

"Si lemot, pengecut, dan beban," lanjut Kanaya membuat Natta membisu.

"Kamu orang yang seperti itu selama ini di mata semua orang, Ta. Kamu nggak sadar hah?" Kanaya memalingkan wajahnya. "Sementara Diaska, dia itu selalu menjadi penyelamat di setiap kamu dalam bahaya. Dia selalu dipuja di manapun dia berada. Semua orang suka sama dia bahkan wali kelas kamu jadiin dia anak murid kesayangannya padahal kamu bahkan lebih rajin masuk sekolah daripada dia dan yah jangan lupakan Kakek kamu, dia juga selalu muja Diaska sekalipun Diaska melakukan kesalahan sebesar apa pun."

"Ditambah lagi adik kamu si Bulan, lengket banget sama Diaska karena apa? Diaska itu sesempurna itu di matanya sementara kamu? Kamu itu saudara kandungnya dan seharusnya dia lebih dekat dan lengket sama kamu bukan sama Diaska!" Kanaya tersenyum miring.

Natta tak bisa berkata-kata lagi karena semua yang diucapkan Kanaya sayangnya adalah sebuah fakta yang tak bisa ia bantah kebenarannya.

Ia anak yang tak berguna dan tak bisa diandalkan. Ketika ibu dan adiknya sakit, ada masalah, bahkan dalam bahaya, Diaska menjadi orang pertama yang menyelamatkan mereka sementara ia? Terpuruk dalam ketakutan karena ia adalah seorang pecundang yang tidak pernah berani mengambil resiko demi keluarganya.

"Diaska jauh lebih unggul dan bisa diandalkan daripada Natta."

Sekelebat ucapan kakeknya saat bertengkar dengan ibunya terngiang di kepala menambah ketidakpercayaan diri dan rasa iri di hati Natta pada Diaska yang bisa melakukan semua yang tidak bisa ia lakukan.

"Semua orang membandingkan kamu sama Diaska, Ta. Mencemooh kamu di belakang dan terus memuji Diaska sementara aku," kata Kanaya menangkup wajah Natta memaksa cowok itu membalas tatapannya. "Cuman aku yang melihat kamu dengan cara yang berbeda."

"Diaska, dia-" Natta tersenyum kecil. "Dia nggak pernah takut sama apa pun, selalu tenang menghadapi masalah, dan selalu jadi pelindung buat semua orang di sekeliling dia."

HopelessWhere stories live. Discover now