50. Kenangan

5.7K 486 385
                                    

50. Kenangan

Kenapa harus nyerah? Masih banyak makanan enak yang belum kita cicipi, masih banyak tempat indah yang belum kita kunjungi, dan masih banyak hal menyenangkan yang belum kita lakukan. Mungkin akan ada massa di mana seseorang ingin benar-benar menghilang di dunia ini. Ketika mereka merasa tidak didengar lagi. Kebanyakan orang tidak bisa menjadi pendengar yang baik, mereka terkadang tidak pernah benar-benar peduli. Karena itu, kita hanya harus percaya pada diri kita sendiri bahwa kita bisa menjalaninya dan masalah sebesar apa pun pasti bisa kita lewati."

🦋

ATTENTION!

PLEASEEEEE ..... baca ulang dua part sebelumnya sebelum baca part ini supaya lebih ngefeel
Kedua, putar lagu in the stars. Makasih.

Anna berlari menuruni anak tangga dan berjalan tergesa memasuki ruang tengah keluarganya di mana Kanaya tengah menonton televisi.

Ia menarik tangan Kanaya hingga cewek itu berdiri kemudian melayangkan tamparannya.

Mata Anna menyorot tajam ke arah Kanaya. Terlihat sedih, kecewa, marah, dan benci.

"Gue tanya sama lo, Diaska salah apa? DIA SALAH APA SAMA LO, BRENGSEK!"

Kanaya tampak berusaha tenang seraya merapikan rambutnya. Ia tersenyum manis. "Anna, kamu lagi dateng bulan? Kenapa kamu tiba-tiba-"

"KANAYA!" teriak Anna kencang membuat ibunya berlari memasuki ruangan dengan wajah kebingungan. "Bu Dwi udah meluruskan semuanya di grup sekolah. Dia bilang Natta udah cerita semuanya sama dia. Lo dalang Diaska difitnah padahal hari itu lo tahu gimana kerasnya usaha Diaska nyelamatin Natta. Kenapa lo ngelakuin itu semua? Lo nggak bakal pernah tahu apa yang udah Diaska lewati karena mulut busuk lo itu!"

"Aku tahu," balas Kanaya santai.

"Dan lo senang ngeliat Diaska dihakimi atas kesalahan yang nggak pernah dia lakukan?" Anna mengepalkan tangannya kuat.

Kanaya menghela napas panjang. "Belum puas makanya aku bilang ke Tante Tamara kalau dia juga mau mencelakai Bulan."

"Lo emang iblis, nggak punya hati!" Anna menggertakkan giginya, matanya memerah menahan amarah.

"DIASKA SALAH APA SAMA LO? LO ADA MASALAH SAMA GUE, LAMPIASKAN KE GUE! SAMA GUE, ANJING!"

"ANNA CUKUP!" bentak Ratih melepaskan kedua tangan Anna yang menjambak rambut Kanaya yang terdiam tanpa perlawanan.

Dia menghempas tangan putrinya. "Kendalikan emosimu. Lagian, semuanya juga udah kebongkar dan anak itu baik-baik aja."

"Semudah itu Mami bilang gitu?" tanya Anna dengan matanya yang berkaca-kaca. "Diaska ... karena kejadian itu, dia dipukul sampai koma sama papanya."

"Mami juga tahu," kata Kanaya membuat wajah Anna banjir air mata. Ia menatap tak percaya ke arah ibunya. "Dia tau apa yang aku lakuin sama Diaska tapi dia mendukungku, Anna."

"Mami cuman nggak mau ikut campur da-"

"LALU KENAPA MAMI DIAM AJA?" histeris Anna. "Hanya karena Mami nggak suka sama Diaska, Mami nggak harusnya jadi orang jahat yang menikmati penderitaan orang yang nggak pernah bikin masalah sama Mami. Kenapa Mami jadi begini?"

HopelessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang