Bab 23

192 8 2
                                    

Pagi itu, waktu seakan berlalu begitu cepat. Haya yang telah kembali dengan kondisi tubuh yang fit membereskan ranjang tempat ia dua hari ini terbaring. tiada sesiapa yang membantunya, karna ia menyuruh June dan Ayya untuk segera kembali ke akademi Militer setelah semalaman menginap di ruanganya.

Pagi ini mereka berdua bertugas melakukan check Up rutin para prajurit yang kira-kira tidak akan bisa selesai dilakukan dalam satu atau dua hari. hal itu juga yang membuatnya kembali memaksakan diri untuk kembali ke hiruk pikuk akademi militer untuk membantu rekan-rekannya yang mungkin saat ini tengah kewalahan. 

Ditengah kesibukanya memasukkan pakaian yang dibawakan oleh ayahnya kemarin, suara ketukan terdengar dua kali. 

" Masuklah ! " ucapnya agak kencang. Dengan tetap mencoba fokus merapikan bawaannya. 

Tanpa sadar Haya melupakan seseorang yang 5 menit lalu ia perbolehkan masuk. bagaimana tidak Haya melupakannya, seseorang yang bahkan tidak mengeluarkan suara dan gerakan apapun. segera Haya membalikkan badannya dan YAK ! 

Ia mendapatkan tatapan cukup aneh yakni tatapan kesal yang berusaha ditahan dari lelaki yang sejak 5 menit lalu memperhatikan aktivitasnya dari belakang. Mateen sejak tadi telah terduduk manis di sofa ruangannya dengan tangan menyilang. 

" Mau kemana ? " tanya lelaki yang berjarak sekitar 2 meter darinya itu dengan suara berat. 

Glek ! Ia berusaha menelan salivanya.  tiba-tiba saja suasana ruangan itu menjadi agak menakutkan. Haya menyengir kemudian.  lebih tepatnya untuk menutupi rasa takutnya. 

Hei ! kenapa ia harus takut ?!! 

" Tentu saja pulang ! " ucapnya asal dengan nada tinggi, tidak peduli lagi dengan tatapan kesal Mateen. Kembali melanjutkan aksi beberesnya yang sejak tadi tidak kunjung beres. 

" Kau belum pulih sepenuhnya Nona ! " kali ini suara Mateen ikut meninggi disusul langkah kakinya yang kian mendekat ke arah wanita nakal di hadapanya itu. Haya kembali menelan ludahnya, kemudian menoleh ke arah samping. lelaki di sebelahnya itu, kali ini terlihat sangat marah. 

Haya menghela nafas, kejadian semalam bersama kedua temannya dan lelaki dihadapanya itu sontak kembali menghantuinya. ia alihkan segera pandangannya kemudian menunduk. 

" Aku sudah peringatkan kau semalam Haya, jangan memaksakan dirimu. Kau bisa kembali terbaring seperti kemarin " kali ini Mateen kembali melembutkan suaranya. mencoba menenangkan wanitanya. hei bahkan saat ini ia sudah berani mengakui bahwa Haya adalah wanitanya. hmm 

" Aku sudah 100% pulih Mateen percayalah, kemarin aku hanya ... hanya sedikit shock " 

Mereka bertatapan, Haya seperti menyalurkan kesedihanya lewat tatapan mata pada Mateen. kemudian mereka berdua kembali terduduk di sofa. Haya menceritakan bagaimana ia merasa tidak terima setelah mengetahui fakta bahwa kecelakaan pesawat yang menimpa kakak dan ibunya adalah ulah Raja Sulaiman. Ayah teman dekatnya baru-baru ini. 

" Salahkah jika aku membenci orang itu Mateen ?" air mata Haya tidak bisa dibendung lagi. 

" Aku merasa terlalu baik untuk terlibat banyak hal dengan putrinya, aku sudah berkorban terlalu banyak untuk anak seorang pembunuh, bahkan .. bahkan kami sangat menghormati keluarganya " isak tangis Haya terdengar hingga keluar ruangan. dan sialnya semua percapakan mereka pun terdengar ditelinga Jend. Hussain yang saat ini telah terpaku didepan pintu. 

hatinya seperti di tancap berulang kali dengan belati tumpul, begitu menyakitkan. Ia mengetahui bahwasanya sang putri telah mengetahui kebeneran yang selama ini ia sembunyikan rapat-rapat. 

SERENDIPITY [prince mateen]Where stories live. Discover now