Bab 2

898 32 0
                                    

suara langkah kaki terdengar terburu-buru melangkah kearah sebuah ruangan dengan langit-langit yang tinggi berwarna emas. terdapat lafaz  "allah" dengan menggunakan bahasa arab serta  " muhammad" disampingnya. ruangan megah itu milik raja ismail.  disamping pintunya terdapat dua pengawal kerajaan.

" tuan pangeran mateen disini " pengawal memberitahu raja, bahwa sang putra yang dinantikannya telah datang.

"bukakan pintu untuknya " suara sayup-sayup dari dalam terdengar oleh pengawal , mateen masuk ke ruangan itu kemudian mendekati sang ayah yang tengah bersimpuh diatas sejadah.

ia baru saja melaksanakan sholat paginya-- dhuha. mateen sangat tahu kebiasaan ayahnya pada jam 7 pagi  selalu menyendiri di kamarnya tentu setelah melaksanakan sholatnya. 

" duduklah disini mateen " raja ismail melihat ke arah mateen dengan ekspresi yang sulit dijelaskan. campur aduk. mateen kemudian duduk disamping ayahnya dengan melepaskan sepatunya terlebih dahulu, adab yang selalu ia lakukan ketika sang ayah menyuruhnya duduk disampingnya. ia tahu ini akan menjadi pembicaraan yang serius.

" ayah sudah memilihkan seorang wanita untuk menjadi istrimu namun ayah tidak yakin kau setuju dengan pilihanku " mateen menatap mata ayahnya. 

" ayah aku tahu mungkin kau sangat ingin aku segera memiliki pendamping namun .. apakah memang itu satu-satunya syarat untuk menggantikanmu ? dan lagi kenapa harus aku yah  " kini mateen tidak ingin menampung rasa penasaranya lagi. 

" mateen dengar ini sudah menjadi tradisi turunan raja-raja sebelum ayah , ayah harap tidak ada lagi pertanyaan seperti ini. ayah sudah menua mateen sebagai putra pertama memang kau yang seharusnya menggantikan ayah sebagai raja " raja ismail berubah tegas kali ini. 

" aku hanya tidak mengerti kenapa secepat ini aku harus menggantikanmu " mateen menunduk.

" aku mendidikmu sejak usia 6 tahun mateen, kau sudah bersekolah di tempat paling elit bahkan. aku mendidik khenzo pun demikian, kalian sudah dipersiapkan menjadi penerus saat masih belia namun aku sedikit tidak menyangka bahwa kau masih saja seperti ini " raja ismail mulai berdiri dari tempat duduknya. menatap keluar jendela dengan kecewa.

" maafkan aku ayah aku tidak bermaksud mengecewakanmu hanya saja aku sedikit ragu terhadap diriku sendiri aku takut aku tidak bisa memimpin kerajaan ini dengan baik sepertimu " mateen mulai mendekati ayahnya. sang ayah hanya diam raut wajahnya sedikit berpikir. membelakangi mateen. 

" baiklah mungkin aku terlalu cepat memintamu sebagai penggantiku, kau kini telah berusia 23 tahun dan masih melakukan studymu di inggris lakukanlah apa yang ingin kau lakukan, fokuslah untuk memperbaiki sikap dan juga pendidikanmu aku beri waktu dua tahun untuk mempersiapkan mentalmu setelah itu aku harap tidak ada lagi rengekan seperti ini kau mengerti " raja ismail membalikkan tubuhnya, ia melihat ke arah mateen dengan serius. maateen terlihat masih mencerna kata-kata sang ayah. 

" baiklah ayah aku mengerti namun kumohon untuk tidak menjodohkan aku dengan wanita manapun biarkan aku menemukanya sendiri " mateen terlihat tegas dengan ucapanya. sang ayah mengangguk kemudian tersenyum singkat. mateen mengambil sepatunya dan pergi meninggalkan ruangan sang ayah. 

---------------------00----------------------
Udara dingin masuk melalui celah2 jendela sebuah kamar belantai kayu yang terlihat klasik, langit-langit atap yang tidak terlalu tinggi, terdapat pula lemari dengan pintu gesernya yang berisi futon, kasur khas jepang. Khenzo si pemilik kamar ini.

untuk kesekian kalinya ia merasa bosan berada dikamarnya itu, ia kemudian memutuskan untuk menghibur pikirannya. ia berjalan disekitaran danau dibelakang kerajaan. disana ia sering menghaskan waktunya, dengan memanah atau melukis. kali ini ia memutuskan untuk memanah tepat saat anak panahnya mengenai titik sasaran. seorang wanita paruh baya memanggilnya , khenzo menoleh tanpa ekspresi. 

" khenzo ibu perlu bicara " suara wanita dengan bahasa jepang . dibalas anggukan singkat oleh khenzo anaknya. mereka duduk disebuah taman kerajaan dengan bangunan khas jepang. kerajaan khuzo. 

" aku tidak memilik banyak waktu " ucap khenzo dingin. sang ibu hanya bisa tesenyum masam.ia sangat tahu anaknya tidak terlalu menyukainya namun hal ini sangat penting untuk dibicarakan kepada anaknya itu. 

" baiklah ibu tidak akan lama , kita harus kembali ke kerajaan sallam kakakmu mateen akan menyelenggarakan pesta untuk menemukan pendamping sebagai syarat menggantikan ayahmu " sang ibu menatap khenzo dari samping. khenzo tak bergeming.

" lalu apa urusannya denganku ? kakak tidak memerlukan kedatanganku " dingin. sang ibu menghela nafas lalu memegang pundak sang anak.

" setidaknya hargai ayahmu khenzo, ayahmu mengundangmu untuk pulang " khenzo melepaskan paksa tangan sang ibu. 

" akan aku pikirkan " khenzo berlalu meninggalkan sang ibu begitu saja,tanpa pamit. 

tanpa sadar sang ibu menitikan air mata, ia tidak menyangka akan membentuk karakter anaknya seperti itu. selama ini yang ia lakukan ternyata tidak membuat anaknya menjadi seperti dulu lagi. ia tahu ini memang kesalahanya. 

sedang khenzo, ia ternyata kembali ke rumah kecil dibelakang danau kerajaan khuzo , ia sengaja memerintahkan pekerja untuk membuat rumah kecil itu, walau kecil itu sangat berharga. disana semua emosinya tersalurkan. ia tidak menganut kepercayaan apapun, ia tidak satu kepercayaan dengan sang ayah,ia tidak percaya tuhan.

ia sudah lama tidak menginjakkan kakinya di kerajaan sallam setelah masuk sekolah dasar ia pulang ke rumah kakek neneknya dijepang. bukan rumah melainkan kerajaan, khuzo. lebih tepatnya ia dipaksa sang ibu untuk pergi dari kerajaan sallam. 

setelah mengingat kerajaan sallam ia memiliki banyak sekali kenangan bersama kakaknya disana usianya yang hanya berbeda satu tahun membuat ia mudah untuk mengimbangi sang kakak. namun ia juga tidak bisa melupakan bagaimana sang kakak menatapnya dingin dan membiarkanya pergi bersama sang ibu kala itu. 

" ahhh setidaknya aku tidak memiliki masalah dengan ayah " detik itu juga ia sadar bahwa ia ingin pulang ke kerajaan sallam. selama ini sebenarnya ia selalu berhubungan dengan sang ayah. raja ismail selalu menghubungi khenzo dan tentunya ia juga lah yang membiayai seluruh kebutuhan khenzo. 

Raja ismail tidak pernah melupakan putra keduanya, meskipun khenzo terkadang bersikap dingin terhadapnya. Ia percaya sang putra memiliki alasan untuk itu.

---------------------------00--------------------------------to be continue

hai guys !! selamat merayakan idul fitri 1441 H :)) semoga amal kita selama dibulan ramdhan diterima allah swt ya aamiin 

maaf untuk bab 2 ini , terlalu pendek semoga untuk part selanjutnya aku bisa buat lebih panjang 

okeee guys jan lupa vote and commentnya !!! saran dari kalian itu hal yang sangat berharga buat aku ^^ 

*foto cewek yang ada di panel atas itu haya ameera ya sebenernya aku bingung banget nyari cewek yang sesuai karakter sama haya. semoga kalian suka sama haya versi aku ya hehehe 





SERENDIPITY [prince mateen]Where stories live. Discover now