15. Duka

5K 414 18
                                    

Halo Annyeong kembali lagi dengan Lalilalaila disini!
.
.
Sorry for typo dan penggunaan kata yang kurang tepat atau belibet 🙏
.
.
Aku nyantumin sesuatu di akhir, aku harap kalian baca🙂
.
.
OKAY!(nada Jaemin ngereok)
Happy reading Yeorobundeul! 📖
.
.

Apa yang akan kau lakukan jika orang yang paling kau sayangi pergi meninggalkanmu? Apa akan langsung mengikhlaskan nya atau menangisinya? Ya umumnya tentu saja menangis tapi tidak dengan pemuda bernama Lee Jeno, tepat pada pukul 1 malam tadi orang yang menjadi alasannya untuk bertahan di dunia penuh candaan ini meninggalkannya dan pergi ke surga.

Lee Donghae, sosok Ayah, sahabat, rumah dan panutannya telah pergi untuk menjadi bintang. Sekarang Jeno sendirian, tak ada siapapun di sampingnya karena mereka sudah pulang setelah upacara kremasi di lakukan.

Berdiri di depan krematorium sang Appa dengan wajah sendu namun tak ada air mata disana, Jeno sendiri tak tau kenapa tapi ia tak bisa menangis, meskipun dirinya sudah berusaha tetap saja hanya setetes yang turun.

Terbesit dalam pikiran Jeno apa benar perasaannya telah mati, hatinya apa sudah tak berfungsi lagi?

"Mianhae Appa, bukan tak mau tapi aku tak bisa menangis untukmu" gumamnya pelan. Merasa bersalah juga sesak karena tak mampu mengungkapkan kesedihannya, kalian juga pasti mengerti bagaimana rasanya.

"Appa.. aku ingin mengatakan sesuatu tapi tolong jangan membenciku" Jeno mengambil jeda beberapa saat, dengan wajah yang tertunduk takut ia pun berucap sangat lirih. "Selama ini aku melakukan pekerjaan yang tak seharusnya anak Sekolah lakukan, Mianhae Appa.. tapi aku membutuhkan uang itu untuk pengobatan dan biaya rumah sakit"

Anak 18 tahun itu kembali mendongak menatap foto sang Appa yang tersenyum indah di dalam kaca krematorium. "Dan sekarang aku bingung harus mengakhirinya atau tidak, karena kau sudah tiada.."

"Kau tak bisa mengakhirinya dengan mudah Lee Jeno, masa kontrak mu berlaku selamanya jika kau lupa"

Jeno tersenyum tipis dengan sudut bibir yang sedikit terangkat, ia kenal suara ini bahkan sangat. "Aku tau, tapi aku akan tetap berusaha untuk lepas" balasnya seraya berbalik badan menatap sosok dengan pakaian serba hitam.

Sosok itu terkekeh kecil lalu beberapa detik kemudian wajahnya berubah datar  dengan tatapan yang menajam. "Coba saja jika kau bisa" ucapnya lalu berjalan mendekat ke arah krematorium Lee Donghae—Appa dari Jeno. Ia meletakkan setangkai bunga mawar putih di samping krematorium itu lalu membungkuk beberapa saat sebagai penghormatan terakhir, meski Appa Jeno tak mengenalnya tapi ia cukup tau tentang Appa dari salah satu orangnya itu dengan baik.

"Kau awasi orang itu dan jangan sampai kecolongan lagi, jika terjadi maka aku akan membunuhmu saat itu juga" ucap sosok itu dengan nada dinginnya.

Sedangkan Jeno terkekeh pelan. "Aku akan melakukannya tapi bukan karena itu perintah mu, kau tau, aku membencimu dan rasanya aku ingin membunuhmu"

Sosok itu membalikkan badan lalu menatap wajah sang lawan bicara. "Kau bisa melakukannya jika kau mampu dan setelah pekerjaan mu selesai tuan Jeno Lee"

"Sombong"

"Sombong"

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Si Bungsu [Nct127, 00line]Where stories live. Discover now