44. Harus kembali, segera!

1.5K 172 5
                                    

Halo Annyeong kembali lagi dengan Lalilalaila disini!
.
AKU LUPA!!!
Maaf Yeorobundeul🙏
.
.
Sorry for typo dan penggunaan kata yang kurang tepat atau belibet 🙏

Typo, tandai.

Jangan terlalu berharap sama part ini, karena aku nulisnya waktu pusing🙏.
.
.
Happy Reading 📖🐻
.
.

Memejamkan mata untuk menghalau cahaya terang yang menyilaukan mata, Haechan kembali membuka mata saat merasa sedikit nyaman. Namun tiba-tiba saja kepalanya terasa pusing, mungkin ini pengaruh dari alkohol yang ia minum semalam.

Mata bulat Haechan menelusuri ruangan, luas dan mewah tapi sepi, tak ada siapapun disana kecuali dirinya. Perlahan tangan itu mengambil ponsel miliknya di atas nakas, lalu menyalakannya. Semalam ia memang sengaja menonaktifkan ponselnya agar tak ada yang mengganggu, Haechan sedang malas menanggapi pesan atau telepon dari para Hyungnya.

Saat ponselnya menyala, satu per satu pesan mulai masuk secara berurutan, lumayan banyak ternyata. Tapi dari sekian pesan, hanya ada dua yang mecuri perhatiannya, itu dari Shōtarō dan Jaemin.

💬 Shōtarō: Hyuck, ada kabar duka untukmu.
💬 Shōtarō: Kang Yerim telah meninggal dunia, pukul 10.24 pagi tadi waktu Korea Selatan.
💬 Shōtarō: Soal pemakaman, seperti biasa aku dan Jeno yang akan mengurusnya.

Haechan menghela nafas pelan, ia tau hal ini akan terjadi maka dari itu dirinya tak terlalu terkejut, tapi mau bagaimana pun rasanya tetap saja sakit.

Melupakan tentang Yerim, ia beralih membuka pesan dari sahabat karibnya yang mencuri perhatiannya sedari tadi— Na Jaemin.

💬 Nana: Bisakah kita bertemu besok?
💬 Nana: Ada yang ingin ku tanyakan padamu.
💬 Nana: Penting!

Si bungsu mengernyit bingung, tidak biasanya Jaemin mengirimkan pesan seperti ini padanya. Apa memang sepenting itu kah pertanyaannya?

Mata Haechan hampir terpejam kembali saat ponsel yang ia letakkan di atas perutnya berbunyi, saat ia lihat ternyata itu dari Taeil Hyung. Tunggu, jam berapa sekarang? Netra bulat itu bergulir ke pojok atas ponselnya. 11.30 kst. Pantas saja, pasti Hyungnya ini mencarinya.

Perlahan jemari itu mengangkat panggilan dari Taeil.

"Annyeong Hyung" sapanya memulai pembicaraan.

"Dimana kau?!"

"Mian tidak memberi tahumu Hyung, aku sedang berada di rumah temanku Liu Yangyang. Jam tiga pagi tadi aku mendapatkan telepon jika kerabatnya meninggal dunia, tidak enak jika tidak datang Hyung, maka dari itu aku memintanya menjemputku. Sekali lagi maaf Hyung.." ucap si bungsu dengan nada menyesalnya, tidak di buat-buat, ia sungguh menyesal membohongi Taeil untuk kesekian kali demi keegoisannya.

"Kenapa tidak berpamitan dulu pada Hyung atau saudaramu yang lain? Chan, kau membuat kami khawatir karena tiba-tiba tidak berada di kamar! Kapan acaranya selesai? Hyung akan menjemputmu"

"Ani~ tidak perlu Hyung, karena mungkin aku akan menginap beberapa waktu disini, tak apa kan? Yangyang tengah berduka, dan aku tidak bisa meninggalkannya begitu saja, karena dia tak punya siapa-siapa disini Hyung" Di waktu yang bersamaan saat Haechan membual, pintu kamar terbuka. Menampakkan sosok Yangyang, yang kebingungan seraya menunjuk dirinya sendiri.

"Berduka? Aku? Kapan?" Tanya pemuda bersurai pirang itu tanpa suara.

Sedangkan Haechan mengisyaratkan sahabatnya itu untuk diam, dan tak menimbulkan suara.

Si Bungsu [Nct127, 00line]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang