46. Tangisan kekecewaan

2.2K 233 53
                                    

Halo annyeong👋 kembali dengan Lalilalaila disini!

Gimana kabarnya? Aku harap semua baik-baik aja..
.
.
Sebenernya aku mau update part ini nanti malem jam 00.00, tapi apalah daya jika mata ini hanya tinggal 5 Watt sekarang, ngantuk banget!
.
Sebelumnya aku mau minta maaf karena beberapa bulan ini jarang update bahkan bisa sebulan sekali, ide mampet cuy, pusing aing😌
.
.
Sorry for typo dan penggunaan kata yang kurang pas atau belibet🙏
.
Happy Reading 📖🐻
.
.
.

Yangyang menghela nafas pelan setelah mendapatkan kabar dari salah satu anak buahnya jika Haechan masuk ke rumah sakit, tangannya memijat pelipisnya pelan, sebenarnya apa lagi yang terjadi pada anak itu? Tapi entah kenapa dirinya yakin jika hal ini terjadi karena ulah para Hyung Haechan.

"Jika sampai Donghyuck kenapa-napa, habislah kalian semua" gumamnya seraya menutup laptop miliknya lalu membawanya keluar ruangan. Malam ini ia akan kembali ke Seoul untuk memastikan kondisi Haechan secara langsung.

•••••

Haechan terdiam di atas bangkar, sesekali anak itu menatap ke samping dimana Taeil Hyungnya berada. Dalam hati ia sedikit cemas, karena sampai sekarang Hyungnya itu sama sekali belum memberikan respon apapun padanya, setelah yang ia ucapkan terakhir kali sebelum kehilangan kesadaran. Dirinya bahkan sempat ragu tentang apakah Hyungnya itu percaya padanya atau malah menganggap ucapannya hanya sebuah lelucon.

"Hyung--"

"Diamlah Donghyuck-ah, biarkan Hyung berpikir sejenak" sahut lelaki itu sebelum si bungsu menyelesaikan ucapannya. Jelas Taeil masih sangat ingat kata demi kata yang terucap dari mulut bungsunya sebelum anak itu pingsan dalam pelukannya. Ingin tidak percaya, tapi anak itu terlihat serius bahkan nada bicaranya terdengar putus asa.

Taeil menghela pelan. "Hyung tak tau harus merespon bagaimana, Hyung bahkan masih belum percaya dengan apa yang kau katakan Hyuck. Tolong katakan jika kau hanya bercanda tadi, katakan jika semua itu bohong"

Haechan menatap manik hitam Hyungnya. "Hyung, aku seorang penjahat, aku kriminal, aku tak punya hati, aku pembunuh dan aku adalah monster. Aku akan menunjukkan salah satu makam korbanku, jika Hyung masih tidak percaya dengan ucapanku.." anak itu memejamkan matanya dengan tangan menggenggam erat selimut rumah sakit yang menutupi setengah tubuhnya. "Sebenarnya aku takut, aku benar-benar takut dengan respon kalian setelah mengetahui kebenaranku, tapi.. aku harus mengatakan ini agar hatiku lebih tenang dan tidak terlalu di hantui oleh rasa bersalah"

Taeil mengepalkan kedua tangannya di atas pahanya, sorot mata itu kini berubah datar. Bahkan air mata yang keluar dari mata Haechan yang terpejam kuat, tak mampu untuk meluluhkan hatinya.

"Tapi Hyung.. entah kenapa walaupun setelah melakukan itu aku merasa bersalah, tapi aku tetap ingin selalu melakukanya, apalagi ketika aku sedang marah. Seolah-olah melukai atau membunuh orang sudah menjadi kebutuhanku. Aku bahkan selalu menikmati setiap teriakan mereka, darah pekat yang mengalir di lantai membuatku merasa euphoria. Ini pasti terdengar menjijikan tapi.. itulah faktanya" Haechan membuka kedua matanya untuk menatap manik merah yang terlihat sedang menahan emosi milik Hyungnya. "Hyung boleh marah padaku, Hyung boleh memakiku apapun itu atau seburuk apapun itu, karena aku memang pantas mendapatkannya. Dan kalau Hyung belum puas dengan itu, Hyung bisa memukulku, sebanyak yang Hyung mau. Aku akan menerimanya karena seperti yang ku katakan sebelumnya, aku memang pantas mendapatkannya"

Maknae Lee menghela nafas pelan. "Aku bersungguh-sungguh dengan ucapanku Hyung, jangan menganggap ucapanku tadi hanyalah bualan"

"Kenapa?"

Si Bungsu [Nct127, 00line]Unde poveștirile trăiesc. Descoperă acum