37. Surat •2

1.7K 211 17
                                    

Halo Annyeong kembali lagi dengan Lalilalaila disini!
.
Gimana kabarnya, baik kan?

Sebenernya aku udah hampir nyerah karena sinyal susah bangettttt, kesel!

Sorry for typo dan penggunaan kata yang kurang tepat atau belibet 🙏

Tandai typo!
.
.
Happy Reading Yeorobun 📖🐻
.
.

Sore ini rumah terasa sangat sepi seperti biasanya, Jungwoo menghela pelan lalu melangkah menuju kamarnya untuk membersihkan diri.

Setelah selesai dengan semua kegiatan pemuda itu hendak keluar dari kamar untuk makan, tapi entahlah rasanya ia tidak ingin melakukan kegiatan satu itu. Sebenarnya ini bukan untuk pertama kali, sudah 1 mingguan ini Jungwoo sering melewatkan makan malam, alasannya? Tidak nafsu. Bahkan makanan kesukaannya yang dulu selalu berhasil membangkitkan nafsu makannya kini tak berpengaruh apapun, dimata Jungwoo semua makanan sama saja.

Sore berganti malam, kini jam telah menunjukkan pukul 20.15 dan Jungwoo masih setia duduk di sofa kamarnya seraya menghisap rokok yang berada di sela jarinya. Seperti biasa mata itu terlihat kosong bahkan dalam beberapa waktu seperti orang yang tengah linglung, ada yang hilang tapi bukan barang, ada yang memenuhi pikiran tapi bukan cinta. Hahaha.. lucu kalau memang iya.

"Hyung mohon jangan katakan hal ini pada siapapun, kau satu-satunya harapan Hyung"

"AKHH!!"

BRAK!

Prang!

"Dia memang bajingan!"

Nafas Jungwoo memburu, matanya memerah menahan amarah juga tangannya mengepal kuat kala mengingat kembali perkataan orang itu tadi pagi, sebegitu tidak kenalkah dia dengan keluarganya sendiri, hingga hal semacam ini dirinya tidak tau?

Netra hitam itu menatap ke arah vas bunga yang tadi ia tendang, dan sekarang pecahannya sudah berserakan di lantai kamar. Tatapan tajamnya perlahan berubah sendu, kakinya mendadak lemas dan berakhir ia terduduk di lantai kamar dengan air mata mulai turun membasahi pipi Jungwoo. Memang selalu begini, anak itu selalu menangis dalam diam, merasakan semua rasa sakitnya sendirian, tak ada yang tau karena memang semuanya sibuk dengan urusan masing-masing.

Sama dengan hari ini, tak ada siapapun di rumah kecuali dirinya. Haechan dan Taeil Hyung pergi ke rumah sakit menjenguk Doyoung, lalu yang lainnya masih belum pulang, entah apa yang mereka lakukan di luar sana hingga melupakan rumah. Dan jujur saja Jungwoo benci rasa kesepian ini, berapa lama lagi ia harus bertahan dalam gelapnya malam, sendirian?

Mungkin jika mau Jungwoo bisa saja meminta salah satu Hyung-nya untuk menemaninya disini, tapi.. kalau di pikir lagi, apa gunanya? Sekarang ia sudah terlalu terbiasa tanpa para saudaranya, dan itulah yang membuat Jungwoo sedikit merasa takut. Jangan sampai ia terlalu nyaman bersama para temannya daripada para saudaranya, karena itu akan merusak kedekatan mereka.

"Eomma.. kapan semua ini berakhir? Aku lelah.. hiks.." keluhnya lirih bahkan hampir seperti berbisik.

Bukannya berlebihan, tapi rasa sepi ini benar-benar menyiksa Jungwoo. Tawa, kebersamaan juga perhatian yang mulai hilang itu membuatnya cemas, ingin berbuat sesuatu pun pastinya tidak akan membuahkan hasil, semua masalah ini akan selesai jika kedua kubu yang selalu ingin menang sendiri itu luluh.

Tapi kalian bisa lihat sendiri kan? Bagaimana mereka bisa berbaikan jika saling menatap saja tidak mau?! Terkadang ingin sekali Jungwoo menghantam kedua wajah itu dengan piring di meja makan saking kesalnya. Tapi kembali lagi, walaupun mereka bersaudara tapi ia tak memiliki urusan dalam masalah Taeyong dan Haechan, pemikiran mereka berbeda begitupula dengan kondisi.

Si Bungsu [Nct127, 00line]Where stories live. Discover now