18 - Berkunjung

2.3K 164 10
                                    

Mereka di penjara tanpa alasan yang jelas!


🤍
🤍
🤍
🤍

Rhea menautkan kedua tangannya karena gugup, tadi Acrux bilang ia akan membawanya untuk bertemu dengan ayah dari lelaki tersebut. Dan saat ini mereka sedang ada di mobil yang di kemudikan oleh Pak Adi selaku supir pribadi Acrux.

Untuk menetralisir kegugupannya, Rhea pun mulai melihat kearah jendela. Ia menatap pemandangan diluar sana dengan pikiran yang terus berbicara. Mulutnya diam, tapi kepalanya bising. Ia jadi pusing sendiri.

Sedang asik-asiknya melihat suasana luar, tiba-tiba Rhea di buat tercengang dengan jalanan yang tidak asing baginya. Dalam hatinya ia terus bertanya 'kapan sampainya?'.

Gadis itu menoleh pada Acrux, ia hendak membuka suaranya. Tetapi terhenti kala mobil tiba-tiba berhenti berjalan. Ia melihat Acrux keluar mobilnya, lalu lelaki itu memutari mobil dan membuka pintu mobil yang ada di samping Rhea.

Acrux mengulurkan tangannya. "Ayo."

Dengan sedikit kaku Rhea pun menerima uluran tangan besar itu. Ia membiarkan Acrux menuntunnya hingga mereka tepat berada di depan gerbang yang menjulang tinggi.

Wajah Rhea seketika memucat, ia tidak mengerti mengapa Acrux malah membawanya ke tempat ini? Tempat dimana banyak batu nisan yang tertancap di atas tanah. Wangi bunga kamboja pun langsung tercium di hidungnya.

Rhea menoleh cepat pada Acrux. "Rius? Kok kesini? Bukannya kita mau ketemu ayah Rius?" tanya Rhea dalam sekali tarikan nafas.

"Ayo." Acrux semakin mengeratkan tautannya dengan tangan mungil Rhea. Ia menarik lembut tangan tersebut hingga sampai pada satu batu nisan yang bertuliskan 'Dewi Astrid'.

Acrux lantas berjongkok dan mengkode Rhea untuk ikut berjongkok di sampingnya. Ia mengusap lembut kepala Rhea saat gadis itu sudah berjongkok. Rhea menatap Acrux dengan raut bingung yang sangat kentara.

"Dulu lo bilang kangen sama bunda lo, kan? Sorry, gue baru bawa lo sekarang."

Rhea menatap Acrux dengan matanya yang mulai berkaca-kaca. Ia tak menyangka lelaki itu akan membawanya ke tempat ini, tempat dimana bundanya di kuburkan. Pantas saja ia merasa aneh tadi saat di mobil, jalanannya mirip dengan jalan menuju makam bundanya, dan benar saja ... mereka kesini.

"Gak apa-apa. Makasih ya, Rius." ucap Rhea dengan tersenyum haru.

Acrux mengangguk. Ia memang sengaja ingin mengejutkan gadis itu. Ini sudah rencananya, mereka akan berkunjung ke makam bunda-nya gadis kecil itu, lalu setelahnya mereka akan pergi bertemu dengan ayah Acrux.

"Ayo, doa." titah Acrux. Mereka pun membuka kedua telapak tangannya dengan mata terpejam dan hati yang membacakan doa. Acrux tidak hapal Surat Yasin, ia akui itu. Tetapi, setidaknya ia tetap meminta kepada sang Pencipta-nya. Dan semoga saja terkabul.

"Aamiin." Rhea mengusapkan kedua telapak tangannya pada wajahnya saat ia sudah selesai berdoa. Dan tak lama Acrux pun melakukan hal yang sama. Mereka menoleh dan saling menatap, entah mengapa mereka sering berbarengan seperti itu.

"Rius, boleh geseran? Lea mau pegang batu nisannya bunda." tanya Rhea ragu-ragu.

Acrux mengangguk. Ia pun berdiri dan bergeser selangkah ke samping. Setelahnya gadis itu menggeser kakinya agar lebih dekat dengan bundanya masih dengan posisi berjongkok.

LITTLE GIRL [PROSES TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang