37 - Amnesia

1.7K 143 81
                                    

Lebih baik kehilangan sesuatu demi Tuhan, daripada kehilangan Tuhan demi sesuatu.


🤍
🤍
🤍
🤍

Acrux mengelap keringatnya yang membasahi seluruh tubuhnya menggunakan handuk kecil, ia memasuki ruang ganti dan hendak mengganti seragam olahraganya dengan baju seragam putih abu. Namun, itu tidak terjadi sebab handphone-nya bergetar lama tanda ada seseorang yang meneleponnya.

"Halo?"

"Tuan, Nona Kecil sudah sadar." ucap Draco di seberang sana.

Tut!

Tanpa basa basi Acrux segera melempar handuk kecilnya dan berlari keluar dari ruang ganti. Keringatnya yang belum kering kini bertambah semakin banyak. Olahraga Voli lah yang membuatnya berkeringat banyak seperti itu.

Saat sampai di parkiran sekolah, Acrux berlari lebih cepat agar segera sampai di motor ninjanya. Ia menaiki motornya, dan memakai helm.

BRUM!!

Motor hitam Acrux melaju secepat kilat. Untung saja parkiran sudah sepi karena murid-murid yang lain sudah pulang ke rumahnya masing-masing. Hanya anak yang mengikuti ekskul Voli saja yang masih di sekolah.

"Ck." decak Acrux. Ia duduk tak tenang di jok motornya karena tak sabar dengan kemacetan yang menghalangi jalannya.

Dengan geram Acrux mengklakson. TIN! TIIIN!!!

Plak!

Acrux menampar pahanya sendiri. Ia benar-benar gemas dengan kemacetan kali ini, jika saja ia sedang tidak ada keperluan mungkin ia akan tenang. Tetapi, sekarang ini dia sedang tidak sabar untuk menatap mata yang sudah tiga hari ini tertutup.

Tangan kiri Acrux menelepon Draco, dan langsung di angkat oleh pengawalnya itu.

"Ada apa, Tuan?"

"Bilang ke si Lea, jangan tutup mata sebelum gue ngobrol sama dia. Kalo sampe matanya terpejam, lo gue pecat." jawab Acrux cepat.

Tut! Lagi-lagi Acrux memutuskan sambungan teleponnya secara sepihak.

"Tuhan, tolong musnahin kemacetan ini." batin Acrux berdoa. Ia memejamkan matanya karena menahan kesal.

Draco menunduk hormat saat ia melihat Acrux sedang berjalan kearah pintu di sampingnya. Ia langsung membuka pintu tersebut. "Silahkan, Tuan."

Acrux tak menyahut perkataan Draco, dia seperti tidak melihat Draco disana. Langkah Acrux berhenti saat ia melihat gadis kecilnya yang tengah duduk santai di atas brankar sembari memakan potongan apel dengan kepalanya yang masih di perban.

Kehadiran Acrux membuat Rhea terkejut, gadis itu menghentikan gerakan tangannya yang hendak memasukkan satu potong apel kedalam mulutnya. Ia menyernyitkan dahinya.

Secepat kilat Acrux segera menghampiri Rhea, dia memeluk gadis itu dengan cukup erat. Dikecupnya pelipis Rhea dengan penuh kelembutan. "Akhirnya ... lo kebo banget, sih!" sewot Acrux.

LITTLE GIRL [PROSES TERBIT]Where stories live. Discover now