26 - Kandidat

1.7K 126 5
                                    

Banyak orang terlalu pintar menilai orang lain, tapi sayang dia terlalu bodoh menilai dirinya sendiri.


🤍
🤍
🤍
🤍

Acrux menuruni setiap anak tangga dengan berlari-lari kecil, langkahnya sangat cepat sehingga ia bisa berhasil menapak di lantai bawah kurang dari setengah menit.

"LEA!!" panggil Acrux sembari menoleh kesana kemari mencari keberadaan seorang gadis yang dari kemarin mogok makan. Pagi ini mereka harus kembali bersekolah. Namun, tentu saja mereka harus sarapan dulu.

Tadi Acrux sudah mengecek kamar Rhea yang tidak terkunci, tetapi gadis itu tidak ada disana. Entah dimana dia berada saat ini.

Acrux menggaruk kepalanya yang tak gatal. Kali ini ia berjalan ke meja makan, dan gadis itu ternyata tidak ada juga disana. Ia menghela nafasnya, pagi-pagi sudah dibuat pusing dengan menghilangnya anak sd yang sialnya begitu ia sayang.

Kaki panjangnya berbalik arah dengan malas, baru satu langkah kakinya diayunkan, tiba-tiba ia mendengar suara grasak grusuk dari arah dapur. Ia pun kembali berbalik badan, melewati meja makan, dan tibalah ia di dapur.

"What the fuck, Lea! Lo maling?!"

Suara berat Acrux membuat gadis yang tengah berjongkok di depan kulkas yang terbuka pun terlonjak kaget. Rhea lantas berdiri dan berbalik dengan wajah yang datar. Dari kemarin gadis itu selain mogok makan, ia juga mogok bicara, dan mogok berekspresi. Sangat berbeda jauh dengan Rhea yang Acrux kenal.

Rhea mengangkat kedua tangannya. Yang kanan memegang susu kotak rasa stroberi, dan yang kiri memegang sepotong roti sobek rasa stroberi pula. Maksudnya adalah untuk memberitahu Acrux jika dia mengambil makanan dan minuman untuk sarapan.

Gadis mungil itu berjalan ke kursi meja makan. Tanpa memberikan senyuman manisnya pada Acrux.

Acrux mendengus sebal, kali ini ia kurang beruntung karena tidak ada sapaan hangat dari Rhea. Gadis itu jika murung ternyata lama juga. Ia jadi rindu dengan suara imutnya, ia baru tahu jika melihat wajah saja tidak dapat mengobati kerinduan, ia butuh mendengar suaranya pula.

"Nanti pulang sekolah lo mau jajan apa? Es krim?"

Rhea menggeleng, ia sibuk mengunyah rotinya. Pipinya yang menggembung saat terisi penuh oleh makanan membuat Acrux yang melihatnya tidak tahan untuk menggigit pipi tersebut!

"Punya mulut di pake."

"Hm."

Sahutan Rhea membuat Acrux menoleh cepat pada gadis itu. "Lo nyindir gue?" tuduhnya.

Rhea menggeleng.

Tak bisa disangkal, Acrux memang merasa tersindir saat Rhea bergumam 'hm' tadi. Biasanya kan dia yang seperti itu, sekarang malah sebaliknya.

Biasanya Acrux yang mendengarkan ocehan Rhea, kini malah dia yang mengoceh. Dan ternyata sulit juga mencari topik, entah kemana hilangnya si topik itu. Apakah ia harus membuat koran tentang 'hilangnya topik'? Siapa tau ada yang menemukannya, kan? Ouh tidak! Sepertinya Rhea benar, Acrux makin kesini malah makin kesana.

"Ngomong, dong!"

Rhea menggeleng.

"Jangan sedih terus! Kasih tau gue lo maunya apa? Gue kasih asal lo jangan diem terus."

LITTLE GIRL [PROSES TERBIT]जहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें