45 - Vampir

1.1K 118 50
                                    

Berjuang melawan arus memang sulit


🤍
🤍
🤍
🤍

Tepat pukul 20.00 WIB Acrux mengetuk pintu kamar Rhea. Setelah mengetuk-ngetuk pintu sebanyak tiga kali, akhirnya gadis yang berada di dalamnya pun membuka pintunya.

Rhea menyernyit heran. "Kenapa?"

"Temenin gue tanda tangan beberapa berkas."

"Lah, kan sekarang malam rabu."

"So?"

Dengan menggaruk kepalanya Rhea pun bertanya, "Bukannya Rius ngerjain tugas kantornya sabtu sama minggu aja ya?"

Acrux mengangguk. "Cuma tanda tangan."

"Ouh ..." Rhea melangkah satu kali agar keluar dari kamarnya, lalu gadis itu menutup pintu. Ia menatap Acrux, "Yuk."

"Hm." Acrux menyahut dengan dehaman, dia berjalan terlebih dahulu menuju ruang TV. Sebelumnya, ia berpikir mungkin Rhea akan mencercanya dengan berbagai pertanyaan, tetapi dugaannya ternyata salah, gadis itu hanya bertanya sedikit. Padahal, biasanya gadis itu akan gampang penasaran, apalagi dengan ia yang tiba-tiba ingin ditemani. Ini pertama kalinya Acrux mengerjakan tugas kantornya di temani Rhea.

"Huft!" hela Rhea saat ia sudah duduk di sofa. Tangannya hendak mengambil remot TV sebelum Acrux menghentikkannya.

"Ambil cemilan, Lea. Gue minumnya kopi aja." titah Acrux sembari menyimpan berkas-berkas pentingnya diatas meja.

Rhea memejamkan matanya. "Sabar ... sabar ..." ucapnya dengan mengelus-elus dadanya. "Bentar." Ia berdiri dan berjalan ke arah dapur untuk melakukan apa yang di perintahkan Acrux.

Acrux meregangkan otot leher dan tangannya sebelum bertugas. Alisnya mengangkat sebentar dengan mata yang mulai semakin menajam. Dia mengambil satu berkas lalu membukanya dan membaca isi dari kertas tersebut.

Memang sekarang ia hanya tanda tangan, tetapi, tetap saja harus budayakan membaca. Ia tidak ingin menyepelekan hal sesimpel yang mungkin jika ia tidak membacanya ia akan rugi.

Beberapa menit kemudian indera penciuman Acrux mencium wangi kopi, ia mendongak dan melihat Rhea sedang memegang kopi di tangan kirinya, dan beberapa cemilan di tangan kanannya.

"Nih." kata Rhea saat ia menaruh kopi yang masih mengepul diatas meja, cukup jauh dari berkas-berkas Acrux. Rhea tidak ingin mengambil resiko dengan menyimpannya di dekat berkas penting itu, karena ia tidak ingin ada drama seperti kopi jatuh dan membuat berkas-berkas tersebut basah bahkan sobek. Lalu Acrux akan memarahinya, dan ia menangis.

"Lo gak minum?"

Dengan wajah datarnya Rhea menjawab, "Ini mau ngambil, tadi gak cukup tangannya."

"Oh." Acrux kembali memusatkan perhatiannya pada berkas yang ia pegang, setiap susunan kata ia baca dengan teliti hingga akhirnya ia merasa puas akan isi dari berkas pertama yang ia baca. Acrux lantas menaruh kertas itu di meja dengan kondisi terbuka, ia akan menandatangani kertas tersebut.

Tangan dan mata Acrux sibuk mencari sebuah pulpen, namun, ia tidak menemukannya. "Ck." decak Acrux. Ia lupa membawa pulpennya!

"Em ... enak!" seru Rhea saat ia baru saja duduk di sofa sembari meminum susu vanilanya. Senyuman manisnya terpampang jelas, ia sangat suka susu! Apalagi susu stoberi, tetapi yang rasa stroberi sudah habis. Jadi, ia membuat yang rasa vanila saja.

LITTLE GIRL [PROSES TERBIT]Where stories live. Discover now