36 - Worry!

1.5K 105 7
                                    

Jangan terlalu bergantung pada siapapun di dunia ini. Karena bayanganmu saja akan meninggalkanmu disaat gelap.


🤍
🤍
🤍
🤍

Acrux ikut mendorong brankar yang terdapat seorang gadis mungil berlumuran darah diatasnya. Gadis itu terlelap begitu tenang tanpa mengetahui ketegangan yang ada disekitarnya.

Beberapa sahabat Acrux ikut ke rumah sakit, begitu juga dengan Karina. Gadis itu terus menangis dan memukul kepalanya, ia merasa bersalah karena membiarkan Rhea pergi ke kamar mandi sendirian.

Semua yang mengenal Rhea tentu tak terima dengan apa yang terjadi pada gadis itu, namun, mereka pasti akan mencari pelakunya hingga dapat. Terutama Acrux, lelaki dingin itu tidak akan membiarkan orang yang berani menyentuh miliknya lolos begitu saja.

"Kalian mohon tunggu di depan." ucap Suster.

Saat brankar sudah masuk dan pintu tertutup, dada Acrux berdetak kencang. Wajahnya datar, tetapi matanya memancarkan ketakutan. Dia tidak ingin ditinggalkan oleh orang yang ia sayang.

Acrux menggeleng, kepalanya menunduk seiring dengan air matanya yang jatuh ke lantai. Ia menutup kedua matanya dengan tangan kanannya. Kepalanya lagi-lagi menggeleng, ia mencoba menepis pikiran-pikiran buruk yang hinggap di kepalanya.

Izar menepuk pelan bahu Acrux. "Duduk, Rux."

Sejurus kemudian Acrux menghampus air matanya kasar, lalu ia duduk di kursi yang tersedia di depan setiap ruangan pasien. Kepalanya menunduk, ia menautkan kedua tangannya erat-erat. Bibirnya sedikit bergetar, dan hatinya terus berdoa agar Rhea baik-baik saja.

"Permisi, Tuan. Saya sudah menemukan pelakunya."

"SIAPA?!" teriak Karina. Bahunya bergetar dengan mulut yang sesegukan, matanya menyorotkan kesedihan yang amat mendalam.

Elio menarik Karina untuk menjauhi ruangan pasien, sepupunya itu jika marah tidak tahu tempat dan suasana. Seharusnya dia tahu, Acrux tidak ingin di ganggu.

"Siapa?" tanya Acrux pelan. Kepalanya terus menunduk dengan tatapan yang terlihat kosong.

"Dewi, Dania, dan Kinan. Mereka murid SMA Marfikent, kelas sebelas." jelas Draco. Tak beda jauh dengan Acrux, Draco juga merasakan ketakutan yang sama. Mau bagaimana pun, Rhea adalah gadis yang manis, yang selalu bisa membuat orang disekitarnya merasa tenang dan bahagia.

Acrux menjilat lidahnya yang terasa kering. "Bawa ke kantor polisi."

"Sudah, Tuan."

"Lo pergi kesana, urus semuanya."

Draco mengangguk. "Baik, Tuan. Saya permisi." ucapnya sembari menunduk hormat. Lalu ia segera pergi meninggalkan Acrux bersama teman-temannya.

Gemma duduk di samping Acrux, dia menatap Acrux dengan tatapan penuh arti. Bibirnya tersenyum miring, lalu kembali hilang dalam sekejap. Ia berbisik, "Gimana rasanya? Gimana kalo dia gak selamat? Secara, darahnya keluar banyak tadi."

Air mata Acrux kembali menetes, ia sedang berduka, dan Gemma justru mengatakan hal yang membuatnya semakin merasa terguncang. "Gue gatau, gue bingung." racaunya.

LITTLE GIRL [PROSES TERBIT]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora