24 - Insecure

1.9K 141 10
                                    

Jangan menganggap diamnya seseorang sebagai kebanggaan. Karena mungkin dia sibuk berkelahi dengan dirinya sendiri.


🤍
🤍
🤍
🤍

Acrux mengayunkan langkahnya dengan cepat. Matanya yang berlinangkan air menggetarkan emosi bagi siapa saja yang mengerti akan perasaannya saat ini.

Kaki panjangnya menyusuri ruas koridor yang disetiap sudut dan sisinya ramai akan manusia yang sedang menikmati waktu istirahatnya. Ia memalingkan wajahnya setiap kali netranya bersitubruk dengan mereka.

Postur tubuhnya yang tinggi tegap, juga tatapan dingin, membuatnya terlihat angkuh. Padahal, jika ditelisik lebih jauh, ada genangan air dimatanya yang hitam legam. Menyiratkan kesedihan dan ketakutan yang amat jelas.

Perasaan emosi bergulung-gulung menimbulkan asap panas di dalam hatinya. Ia ingin marah! Tapi kepada siapa? Ini takdirnya. Ini sudah jalan hidupnya.

Lelaki dengan seragam yang sudah tak bisa dibilang rapih itu kini menuruni tangga, hingga sampailah dia pada sebuah tempat hijau yang menyambutnya dengan hembusan angin yang sejuk.

Disana ada pohon rindang yang tidak bisa di tolak untuk kita berteduh dibawahnya. Acrux berjalan menuju pohon tersebut. Ia duduk dengan kaki yang menekuk, tangannya memeluk kedua kakinya tersebut. Ia menenggelamkan kepalanya diatas lutut.

Bayangan-bayangan dan perkataan buruk satu persatu muncul di benaknya, kejadian dari beberapa tahun yang lalu sampai yang masih basah pun mulai menggerogoti isi kepalanya. Semua itu sebenarnya sudah ia lupakan, tetapi hari ini justru kembali terulang.

"Lo tau si Izar? Dia ganteng banget, kan? Lebih ganteng dari si Acrux menurut gue."

"Perasaan si Acrux sok cool banget deh. Caper!"

"Anjir beda dari novel-novel yang biasa gue baca. Biasanya, ketua geng itu yang paling ganteng. Tapi, ini? Gantengan juga anggotanya."

"Si Acrux itu cuma menang di tinggi sama postur tubuhnya aja, kalo soal muka masih gantengan Izar."

"Mending si Elio. Udah manis, ramah lagi. Gak kayak si Acrux yang datar kek triplek."

"Kamu bisa gak senyum sedikit?! Bikin ayah malu aja!"

"Emangnya si Acrux udah punya pacar, ya? Siapa yang mau?"

"Gue kalo jadi Izar mending bikin geng sendiri sih. Pasti lebih banyak anggotanya."

"Gue pernah disapa balik sama Elio. Anjir lah gue sampe pengen kejadian itu keulang lagi!! Tapi, kalo semisal Elio itu si Acrux ... ogah gue."

"Hiks." Akhirnya isak tangis pun keluar dari mulut Acrux. Lelaki itu merasa rendah. Kini ia menjadi sosok yang tidak percaya diri.

Dalam benaknya ia bertanya lirih, 'Apa gue jelek? Apa gue gak pantes jadi ketua geng? Apa gue gak layak untuk Lea?'. Semuanya menghantui isi kepalanya.

Kepala yang sejak tadi menunduk seketika menengadah. Ia mencoba menahan air matanya agar tak keluar lebih banyak. Matanya perlahan terpejam, ia mencoba untuk memakan semua kenangan buruk itu. Ia akan menelannya meskipun semua itu terasa pahit ditenggorokan.

LITTLE GIRL [PROSES TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang